Unikma.ac.id – Di tengah ketatnya persaingan digital, mengapa ada aplikasi yang langsung ditinggalkan dan ada yang digunakan setiap hari? Jawabannya sering kali terletak pada satu konsep fundamental desain yang berpusat pada pengguna atau User-Centered Design (UCD).
Produk yang berhasil bukanlah produk dengan fitur terbanyak, melainkan produk yang paling akurat memecahkan masalah nyata penggunanya. UCD adalah filosofi yang memastikan bahwa pengguna berada di jantung dari setiap keputusan desain.
Namun, filosofi ini membutuhkan kerangka kerja (framework) untuk mengeksekusinya. Di sinilah Design Thinking berperan sebagai metodologi yang paling populer dan efektif untuk menerapkan UCD dalam praktik.
Artikel ini akan mengupas tuntas proses dan tahapan UCD, serta memperkenalkan Design Thinking sebagai pendekatan untuk menghidupkan filosofi tersebut, didukung oleh temuan riset akademis terbaru.
1. Apa itu User Centered Design (UCD)?
User Centered Design (UCD) adalah sebuah filosofi dan proses desain iteratif di mana kebutuhan, keinginan, dan keterbatasan pengguna akhir menjadi fokus utama pada setiap tahap proses desain. Standar internasional untuk UCD dijelaskan dalam ISO 9241-210:2019 (Human-centred design for interactive systems).
Tujuan utama UCD adalah untuk menciptakan produk dengan tingkat usability (kegunaan), accessibility (aksesibilitas), dan satisfaction (kepuasan) yang tinggi.
Berbeda dengan pendekatan “product-centered” di mana tim internal (developer, manajer) menentukan apa yang “terbaik” bagi pengguna, UCD mengharuskan tim untuk:
- Melibatkan pengguna secara aktif dari awal hingga akhir.
- Menggunakan data empiris (hasil observasi dan tes) untuk mengambil keputusan, bukan asumsi.
- Melakukan iterasi atau perbaikan berulang berdasarkan umpan balik pengguna.
2. Tahapan Inti Proses User Centered Design (UCD)
Meskipun UCD adalah siklus yang fleksibel, prosesnya dapat dipecah menjadi empat tahapan inti yang terus berulang:
Tahap 1 Memahami dan Menentukan Konteks Pengguna (Understand and Specify the Context of Use)
Sebelum menulis satu baris kode atau menggambar satu layout, tim harus memahamisiapa penggunanya.
- Siapa penggunanya? (Demografi, keahlian teknis, motivasi).
- Apa tujuan mereka? (Apa yang ingin mereka capai dengan produk ini?).
- Bagaimana konteksnya? (Kapan, di mana, dan pada perangkat apa mereka akan menggunakan produk ini? Apakah di lingkungan yang bising? Sambil terburu-buru?).
Metode yang digunakan yaitu Wawancara mendalam, observasi lapangan (ethnography), survei, dan pembuatan user persona.
Tahap 2 Menentukan Kebutuhan Pengguna (Specify the User Requirements)
Setelah konteks dipahami, tim menerjemahkan temuan dari Tahap 1 menjadi daftar kebutuhan yang jelas dan spesifik. Penting untuk membedakan antara “kebutuhan” (needs) dan “keinginan” (wants). Pengguna mungkin ingin tombol “X”, tapi kebutuhan mereka sebenarnya adalah “cara cepat untuk membatalkan tindakan”.
Hasil dari tahap ini adalah daftar kebutuhan fungsional dan emosional yang akan menjadi panduan desain.
Tahap 3 Menghasilkan Solusi Desain (Produce Design Solutions)
Di sinilah proses kreatif dimulai, bergerak dari ide abstrak kesolusi konkret. Tahap ini sering kali melibatkan:
- Ideasi (Ideation) Brainstorming berbagai kemungkinan solusi.
- User Flow & Wireframe Merancang alur interaksi pengguna dan tata letak dasar (low-fidelity).
- Prototype (Purwarupa) Membuat model produk yang dapat diuji, mulai dari sketsa kertas (low-fidelity) hingga prototipe interaktif yang mirip produk jadi (high-fidelity).
Tahap 4 Mengevaluasi Desain (Evaluate Against Requirements)
Solusi desain (prototipe) dari Tahap 3 harus diuji dengan pengguna nyata bukan dengan rekan satu tim.
- Metode Usability Testing adalah metode paling umum, di mana pengguna diminta menyelesaikan tugas menggunakan prototipe.
- Tujuan Untuk mengidentifikasi masalah kegunaan (usability issues), mengukur keberhasilan, dan mengumpulkan umpan balik kualitatif.
Temuan dari evaluasi ini selalu mengarah kembali ke tahap sebelumnya. Jika pengguna bingung (Tahap 4), mungkin kita salah mendefinisikan kebutuhan (Tahap 2) atau perlu ide solusi yang baru (Tahap 3). Inilah yang membuat UCD disebut sebagai proses iteratif (berulang).
3. Pengenalan Design Thinking: “Cara Berpikir” UCD
Jika UCD adalah filosofinya, Design Thinking adalah salah satu kerangka kerja (framework) paling populer untuk menjalankannya. Design Thinking mempopulerkan ide bahwa pendekatan yang digunakan desainer untuk memecahkan masalah dapat diterapkan di berbagai bidang, dari bisnis hingga teknologi.
Kerangka kerja ini (dipopulerkan oleh Stanford d.school) terdiri dari lima tahapan yang sangat selaras dengan proses UCD:
- Empathize (Empati) Pahami pengguna secara mendalam, bukan hanya secara fungsional tapi juga emosional. (Sangat selaras dengan UCD Tahap 1).
- Define (Definisi: Artikulasikan masalah inti pengguna dengan jelas berdasarkan wawasan dari tahap empati. (Sangat selaras dengan UCD Tahap 2).
- Ideate (Ideasi) Hasilkan sebanyak mungkin solusi kreatif tanpa menghakimi terlebih dahulu. (Sangat selaras dengan UCD Tahap 3).
- Prototype (Purwarupa) Bangun solusi tersebut dengan cepat dan murah. Tujuannya bukan kesempurnaan, tapi untuk menguji ide. (Sangat selaras dengan UCD Tahap 3).
- Test (Uji) Ujikan prototipe Anda kepada pengguna untuk mendapatkan umpan balik dan memulai siklus dari awal. (Sangat selaras dengan UCD Tahap 4).
- UCD dan Design Thinking dalam Riset Modern (2021-2025)
Penelitian akademis terbaru tidak lagi memperdebatkan “mana yang lebih baik”, melainkan fokus pada “bagaimana” mengintegrasikan kedua pendekatan ini secara efektif, terutama dalam lingkungan pengembangan modern seperti Agile (Tangkas).
- Design Thinking adalah Metodologi UI/UX Dominan Sebuah Systematic Literature Review (SLR) oleh Zamakhsyari & Fatwanto (2023) yang meninjau puluhan artikel tentang desain User Interface (UI) menemukan bahwa Design Thinking adalah pendekatan yang paling umum dan banyak dipraktikkan. Lima tahapannya (empati, definisi, ideasi, purwarupa, uji) terbukti efektif dalam memandu tim untuk menghasilkan desain UI yang benar-benar menjawab kebutuhan pengguna.
- Integrasi UCD dalam Pengembangan Agile (Tangkas) Pengembangan Agile (seperti Scrum) berfokus pada kecepatan dan iterasipengiriman software. Namun, tanpa panduan, tim Agile berisiko “membangun fitur yang salah dengan cepat”. Penelitian SLR oleh Wibowo et al. (2023) dan Razgan et al. (2024) menyoroti pentingnya mengintegrasikan praktik UCD ke dalam siklus Agile. Design Thinking sering digunakan sebagai “Sprint Nol” atau aktivitas berkelanjutan untuk memastikan bahwa setiap sprint pengembangan tetap fokus pada nilai bagi pengguna, bukan hanya penyelesaian fitur.
- Pergeseran dari Usability ke Pengalaman Emosional Riset modern, seperti analisis oleh Kordyaka et al. (2023), menunjukkan bahwa UCD kini berkembang melampaui sekadar usability (apakah pengguna bisa menggunakannya?). Fokusnya bergeser ke User Experience (UX) yang holistik, termasuk faktor-faktor seperti desain emosional dan kepercayaan (trust). Tahap “Empathize” dalam Design Thinking sangat krusial untuk menggali kebutuhan emosional ini, yang tidak akan ditemukan hanya dengan analisis fungsional.
Kesimpulan
User-Centered Design (UCD) adalah filosofi fundamental yang menempatkan manusia sebagai pusat dari solusi teknologi. Design Thinking adalah kerangka kerja yang memberi “nyawa” pada filosofi tersebut, menyediakan langkah-langkah konkret mulai dari empati mendalam hingga pengujian berulang.
Bagi pengembang, desainer, atau manajer produk, mengadopsi kedua pendekatan ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan strategis untuk menciptakan produk yang tidak hanya fungsional, tetapi juga relevan dan dicintai oleh penggunanya.
—
Penulis: Muhtyas Yugi, M.Kom, dosen Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah
Editor: Muhamad Ridlo
Referensi
- Kordyaka, B., Hribernik, M., & Kruse, L. (2023). Multi-user centered design: acceptance, user experience, user research and user testing. Behaviour & Information Technology, 42(1), 1-17.
- Razgan, M., Al-Ghazali, B., & Malas, T. (2024). A Systematic Mapping Study on Agile UCD in Software Engineering Research. International Journal of Computer Applications, 186(53), 20-30.
- Wibowo, S. A., et al. (2023). Implementation User-Centered Design in Agile Software Development: Systematic Literature Review. Indonesian Journal of Multidisciplinary Science, 2(7), 2812-2831.
- Zamakhsyari, F., & Fatwanto, A. (2023). A Systematic Literature Review of Design Thinking Approach for User Interface Design. JOIV : International Journal on Informatics Visualization, 7(4), 2313-2320.
- Juni, F. I., Saputro, S., & Sajidan, S. (2025). Research Trends in Design Thinking Education: A Systematic Literature Review from 2014 to 2024. European Journal of Educational Research, 14(2), 381-391.









