Unikma.ac.id– Di tengah derasnya arus teknologi digital, kemampuan berpikir logis dan terstruktur bukan lagi keterampilan tambahan, melainkan kebutuhan dasar. Menariknya, fondasi penting ini dapat dibangun sejak usia dini, bahkan sejak siswa berada di bangku sekolah dasar.
Mengajarkan logika dan algoritma kepada anak SD bukan berarti mengajarkan mereka bahasa pemrograman yang rumit. Sebaliknya, ini tentang menghadirkan cara berpikir sistematis, langkah demi langkah, yang tertanam melalui permainan, cerita, dan aktivitas sederhana.
1. Mengapa Belajar Logika Sejak Dini Itu Penting?
Anak usia sekolah dasar berada pada fase perkembangan kognitif konkret, di mana mereka mulai mampu memahami pola, mengelompokkan objek, dan menyusun langkah-langkah sederhana.
Logika matematika seperti membuat keputusan benar/salah, mengurutkan informasi, serta memahami hubungan sebab–akibat, menjadi fondasi berpikir yang akan mereka gunakan sepanjang hidup.
Dalam banyak penelitian, kemampuan berpikir logis terbukti berkorelasi dengan:
- Kemampuan pemecahan masalah
- Kepercayaan diri dalam belajar matematika
- Kemampuan memahami instruksi kompleks
- Kemampuan beradaptasi dengan teknologi di masa depan
Dengan kata lain, logika adalah bahasa universal yang akan membantu anak menghadapi dunia yang semakin digital.
2. Algoritma. Sederhana, Dekat, dan Sebenarnya Sudah Mereka Lakukan
Bagi sebagian orang, kata algoritma mungkin terdengar teknis. Namun dalam kehidupan sehari-hari, anak SD sering berinteraksi dengan konsep algoritma tanpa disadari.
Contohnya:
Urutan memakai baju: baju → celana → kaus kaki → sepatu
Langkah membuat mie instan
Instruksi bermain peran
Aturan bermain ular tangga
Setiap aktivitas yang terdiri dari langkah berurutan adalah algoritma.
Mengajarkan algoritma kepada anak SD berarti mengajak mereka memahami urutan logis untuk mencapai tujuan, bukan mengajarkan coding yang rumit.
3. Media dan Strategi Mengajar yang Relevan
Agar logika dan algoritma mudah dipahami siswa SD, guru dapat memanfaatkan berbagai media kreatif dan menarik:
a. Permainan Unplugged (Tanpa Komputer)
Maze / Labirin kertas
Anak diminta memberikan instruksi seperti “maju 2 langkah, belok kanan”, mirip algoritma robot.
Kartu Sortir
Anak menyusun objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran.
b. Cerita Bergambar Berurutan
Guru dapat menggunakan komik pendek dan meminta siswa menyusun gambar sesuai urutan logis.
c. Coding Visual bagi Pemula
- ScratchJr
- Blockly Games
- Code.org
Platform ini menggunakan blok warna dengan instruksi sederhana sehingga anak dapat memahami konsep algoritmik tanpa mengetik kode.
d. Integrasi dengan Pelajaran Matematika
Konsep pola (pattern), relasi, dan operasi matematika merupakan pintu masuk alami pembelajaran logika dan algoritma.
4. Peran Mahasiswa Pendidikan Matematika
Mahasiswa calon pendidik memiliki peran strategis dalam transformasi pendidikan digital. Dengan memahami pedagogi logika dan algoritma, mahasiswa dapat:
- Mendesain media pembelajaran visual
- Membuat modul “coding tanpa komputer”
- Memanfaatkan game edukatif untuk menguatkan pemahaman siswa
- Mengembangkan pembelajaran berbasis proyek (PjBL) untuk siswa SD
Kampus menjadi ruang pengembangan ide kreatif, sementara mahasiswa menjadi agen perubahan di kelas-kelas masa depan.
Jadi, mengajarkan logika dan algoritma sejakdini adalah investasi jangka panjang bagi generasi digital. Keterampilan ini melatih anak berpikir sistematis, kreatif, dan siap menghadapi teknologi modern. Dengan metode yang tepat, melalui permainan, cerita, dan kegiatan interaktif, logika dan algoritma tidak lagi terlihat rumit, melainkan menyenangkan dan mudah dikuasai.
Ingin menjadi guru modern yang mampu mengajarkan logika, algoritma, dan matematika dengan cara kreatif?
Bergabunglah bersama Prodi Pendidikan Matematika Universitas Komputama (UNIKMA), tempat Anda dibekali kompetensi pedagogis, teknologi digital, dan kreativitas masa depan.
—
Penulis: Eko Sutrisno, M.Pd, dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap
Editor: Muhamad Ridlo
Referensi:
1. Wing, J. M. (2006). Computational Thinking. Communications of the ACM.
2. Brennan, K., & Resnick, M. (2012). New Frameworks for Studying and Assessing the Development of Computational Thinking. MIT Media Lab.
3. Grover, S., & Pea, R. (2013). Computational Thinking in K–12: A Review of the State of the Field. Educational Researcher.









