Slide 3
Slide 2
KULIAH DI STMIK KOMPUTAMA MAJENANG
KULIAH GRATIS 100%

Dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kamu bisa kuliah gratis 100% dan juga bisa dapat uang saku tiap bulan

Slide 1
“LOCAL CAMPUS GLOBAL VALUES”
previous arrow
next arrow

10 Letusan Gunung Api Terdahsyat di Era Modern, 3 di Antaranya Ada di Indonesia

Stmikkomputama.ac.id – Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah gunung berapi aktif terbanyak di dunia, karena […]

Ilustrasi letusan gunung berapi. (Foto: Istimewa via pusatkrisis.kemkes.go.id)


Stmikkomputama.ac.id – Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah gunung berapi aktif terbanyak di dunia, karena berada di kawasan Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire. Jalur seismik yang membentang dari Amerika hingga Asia Pasifik ini menjadi titik pertemuan lempeng-lempeng bumi yang sangat aktif.

Data Badan Geologi mencatat lebih dari 120 gunung api aktif tersebar di Nusantara, mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku dan Papua. Tepanta 127 gunung api. Posisi geografis tersebut membuat Indonesia rawan mengalami letusan gunung api, gempa bumi, hingga tsunami.

Dalam dua abad terakhir, Indonesia menjadi saksi beberapa letusan terdahsyat dunia, seperti Tambora pada 1815, Krakatau pada 1883, dan Agung pada 1963. Letusan tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi besar, tetapi juga berdampak global terhadap iklim dan pertanian dunia.

Fakta ini menegaskan bahwa ancaman gunung api bukan hanya bersifat lokal, melainkan juga berimbas internasional. Meski demikian, letusan juga menyuburkan tanah dan menjadi sumber energi panas bumi yang potensial.

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus meningkatkan sistem pemantauan gunung api. Teknologi modern seperti seismograf, satelit, dan sensor gas kini digunakan untuk memantau aktivitas vulkanik secara real time.

Namun, pemantauan saja tidak cukup tanpa didukung kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan bencana. Edukasi mengenai jalur evakuasi, tanda-tanda alam, dan prosedur penyelamatan menjadi hal mendasar dalam mitigasi.

Literasi dan Mitigasi

Para ahli menilai literasi kebencanaan di masyarakat masih perlu diperkuat. Banyak korban jiwa di masa lalu terjadi karena masyarakat tidak memahami bahaya sekunder seperti lahar dan awan panas, atau menyepelekan peringatan resmi.

Pendidikan kebencanaan sejak dini di sekolah, pelatihan rutin bagi warga, hingga keterlibatan tokoh agama dan adat dinilai penting untuk membangun kesadaran kolektif. Mitigasi berbasis komunitas menjadi salah satu strategi efektif agar masyarakat mampu bertindak cepat saat bencana datang.

Ke depan, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyeimbangkan kehidupan di kawasan rawan bencana dengan kebutuhan pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang tinggi di wilayah dekat gunung api, ancaman letusan tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya dapat diminimalkan.

Pemerintah, akademisi, dan masyarakat dituntut bekerja sama memperkuat literasi kebencanaan dan kesiapsiagaan. Dengan langkah mitigasi yang terencana, risiko korban jiwa dan kerugian ekonomi akibat letusan gunung api di masa depan dapat ditekan seminimal mungkin.

Sebagai pengetahuan, terjadi beberapa letusan gunung api terdahsyat di dunia. Dari Daftar 10 letusan gunung api terdahsyat di dunia di era modern, tiga di antaranya terjadi di Indonesia.

10 Letusan Gunung Api Terdahsyat Dunia

Berikut ini adalah ulasan mengenai 10 letusan gunung api terdahsyatdi dunia, mencakup indeks VEI, dampak hingga korban jiwa. Berikut ini ulasannya.

1. Gunung Tambora, Indonesia (1815)

Letusan Gunung Tambora di Sumbawa pada April 1815 tercatat sebagai letusan gunung api terdahsyat di era modern dengan indeks VEI 7. Ledakan ini menewaskan sekitar 71.000 orang, sebagian besar akibat tsunami, kelaparan, dan penyakit pasca erupsi.

Kolom abu membumbung hingga 40 km ke atmosfer, memicu anomali iklim global yang dikenal sebagai The Year Without a Summer pada 1816.

Gagal panen melanda Eropa, Amerika, dan Asia, memunculkan kelaparan massal. Tambora meninggalkan kaldera raksasa berdiameter tujuh kilometer yang hingga kini menjadi saksi kedahsyatannya.

2. Gunung Krakatau, Indonesia (1883)

Pada 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus dengan kekuatan setara VEI 6. Ledakan maha dahsyat ini menimbulkan tsunami setinggi 40 meter yang menghancurkan pesisir Banten dan Lampung, menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.

Suara letusan terdengar hingga Mauritius dan Australia, ribuan kilometer jauhnya. Debu vulkanik yang tersebar di atmosfer menyebabkan langit dunia memerah selama bertahun-tahun.

Letusan ini juga memicu lahirnya Anak Krakatau pada 1927 yang terus aktif hingga sekarang.

3. Gunung Novarupta, Alaska, AS (1912)

Letusan Gunung Novarupta pada Juni 1912 merupakan erupsi terbesar abad ke-20 dengan skala VEI 6. Meski lokasinya terpencil di Alaska, dampaknya tercatat luar biasa.

Material vulkanik yang dimuntahkan mencapai 30 kali lipat lebih besar daripada letusan Gunung St. Helens tahun 1980.

Abu menutupi kawasan luas dan membentuk Valley of Ten Thousand Smokes. Tidak banyak korban jiwa karena area tersebut jarang berpenghuni, tetapi efek iklim global dirasakan selama bertahun-tahun.

4. Gunung Pelée, Martinique (1902)

Pada 8 Mei 1902, Gunung Pelée di Pulau Martinique, Karibia, meletus dengan kekuatan VEI 4. Awan panas pijar atau pyroclastic flow meluncur dengan kecepatan tinggi dan menghancurkan kota Saint-Pierre hanya dalam hitungan menit.

Sekitar 30.000 orang tewas seketika, menjadikannya salah satu tragedi vulkanik paling mematikan abad ke-20. Hanya segelintir orang yang selamat, di antaranya seorang narapidana yang kebetulan berada di sel penjara bawah tanah.

5. Gunung Santa María, Guatemala (1902)

Gunung Santa María di Guatemala meletus pada Oktober 1902 dengan kekuatan VEI 6. Letusan itu menewaskan sekitar 6.000 orang secara langsung, sementara ribuan lainnya meninggal akibat kelaparan dan penyakit.

Abu menyebar hingga ke Meksiko dan El Salvador, bahkan mencapai Samudra Pasifik. Erupsi ini membentuk kubah lava baru yang dikenal sebagai Santiaguito, yang terus aktif hingga kini.

6. Gunung Agung, Bali – Indonesia (1963-1964)

Letusan Gunung Agung pada 1963 hingga 1964 termasuk salah satu erupsi terdahsyat di Indonesia abad ke-20.Dengan indeks VEI 5, letusan ini menewaskan lebih dari 1.100 orang. Lahar panas, awan panas, dan aliran lava menghancurkan desa-desa di sekitarnya.

Abu vulkanik menyebar hingga jarak ratusan kilometer dan memasuki stratosfer, memengaruhi iklim global. Meskipun bencana melanda, masyarakat Bali tetap melaksanakan upacara keagamaan besar di Pura Besakih di tengah letusan.

7. Gunung El Chichón, Meksiko (1982)

Gunung El Chichón di Meksiko meletus pada Maret 1982 setelah lama dianggap tidak aktif. Letusan berkekuatan VEI 5 ini menewaskan sekitar 2.000 orang. Abu dan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer berdampak pada iklim global, menurunkan suhu bumi hingga 0,5°C.

Desa-desa di sekitar gunung tertimbun abu tebal, sementara ribuan warga harus mengungsi. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa gunung yang lama tertidur bisa kembali aktif tanpa peringatan.

8. Gunung Pinatubo, Filipina (1991)

Letusan Gunung Pinatubo pada Juni 1991 merupakan salah satu erupsi terbesar abad ke-20 dengan indeks VEI 6. Ledakan besar itu melemparkan 20 juta ton sulfur dioksida ke atmosfer, menyebabkan pendinginan global sekitar 0,5°C selama dua hingga tiga tahun.

Sekitar 800 orang meninggal, sebagian besar akibat atap yang runtuh tertimpa abu tebal. Lebih dari satu juta orang terdampak dan harus mengungsi. Letusan ini juga merusak pangkalan militer AS di Clark dan Subic, yang kemudian ditinggalkan.

9. Gunung Nevado del Ruiz, Kolombia (1985)

Letusan Gunung Nevado del Ruiz pada 13 November 1985 menelan korban sekitar 23.000 jiwa, meskipun skala erupsinya hanya VEI 3–4. Tragedi ini disebabkan oleh lahar panas yang meluncur dari puncak gunung dan menenggelamkan kota Armero.

Peristiwa itu menjadi salah satu bencana vulkanik paling mematikan di Amerika Latin. Kegagalan peringatan dini dan ketidaksiapan pemerintah turut memperbesar jumlah korban. Kasus ini menjadi pelajaran penting dalam manajemen risiko bencana gunung api.

10. Gunung St. Helens, Amerika Serikat (1980)

Gunung St. Helens di Washington, Amerika Serikat, meletus pada 18 Mei 1980 dengan kekuatan VEI 5. Letusan diawali dengan longsoran besar di sisi utara, memicu ledakan lateral yang jarang terjadi. Sebanyak 57 orang tewas, ribuan hektar hutan hancur, dan sungai-sungai tersumbat oleh material vulkanik.

Kerugian ekonomi ditaksir mencapai miliaran dolar. Letusan ini menjadi salah satu peristiwa gunung api pertama yang terdokumentasi secara lengkap dengan teknologi modern, memberikan wawasan berharga bagi ilmu vulkanologi.

*Penyusunan artikel dengan bantuan AI. Penulis adalah jurnalis, membantu di STMIK Komputama

Sumber:

  • Media Indonesia — https://mediaindonesia.com/humaniora/725249/ring-of-fire-tantangan-dan-peluang-indonesia-di-jalur-cincin-api-pasifik
  • RRI — https://rri.co.id/lain-lain/1842988/ring-of-fire-lingkaran-rawan-bencana-di-indonesia
  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) — https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/miliki-127-gunung-api-aktif-jadikan-indonesia-laboratorium-gunung-api-dunia
  • Mistar.id — https://mistar.id/news/sains-teknologi/apa-itu-cincin-api-pasifik-yang-juga-mencakup-wilayah-indonesia
  • Tempo.co — https://www.tempo.co/sains/apa-itu-cincin-api-pasifik-dan-negara-mana-saja-yang-dilalui-2056857

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *