Slide 3
Slide 2
KULIAH DI STMIK KOMPUTAMA MAJENANG
KULIAH GRATIS 100%

Dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kamu bisa kuliah gratis 100% dan juga bisa dapat uang saku tiap bulan

Slide 1
“LOCAL CAMPUS GLOBAL VALUES”
previous arrow
next arrow

Strategi Memimpin Generasi Milenial dan Gen-Z, Apa Bedanya dengan Gen-X dan Baby Boomer?

UNIKMA, Cilacap – Kekinian, dunia industri maupun pendidikan berubah dan sudah berbeda dengan masa lalu. […]

Deskripsi Generasi Alpha, Gen-Z, Milenial, X dan Baby Boomer. (Foto: Created by Gemini AI/Ridlo)


UNIKMA, Cilacap – Kekinian, dunia industri maupun pendidikan berubah dan sudah berbeda dengan masa lalu. Di tahun 2022 ini sudah tidak dipungkiri bahwa dunia bekerja tidak lagi didominasi oleh generasi X maupun generasi Baby Boomer.

Kini generasi Y (milenial) sudah merebak dan hampir menguasai dunia kerja, mengingat generasi inilah yang tengah berada di usia produktifnya. Disusul generasi Z yang juga memasuki usia produktifnya. Sehingga turut andil dalam meramaikan dunia kerja saat ini dengan bekerja sesuai caranya masing-masing.

Ada pandangan yang menilai jika generasi Y dan Z mengalami penurunan moral atau tidak sebaik generasi sebelumnya. Terkadang generasi milenial dianggap generasi manja, lemah fisik, selalu bergantung dengan teknologi, hanya ingin narsis, semaunya sendiri, tidak berpikir panjang, dan tidak sabar.  ini adalah pikiran generasi yang lebih tua yaitu generasi X dan generasi baby boomers.

Itu merupakan sebuah potret. Sama halnya yang terjadi saat ini, generasi Y dan Z memiliki stigma negatif terhadap generasi X dan generasi baby boomers. Sebenarnya kalau kita pelajari bahwa setiap generasi tentu memiliki karakteristik yang berbeda. Mereka memiliki cara yang berbeda dalam berekspresi.

Dalam seratus tahun terakhir William Strauss dan Neil Howe, sejarawan yang meneliti mengenai teori generasi menyatakan terdapat lima generasi yang berbeda.

Pertama, adalah generasi baby boomers.

Generasi yang lahir antara tahun 1943-1960 memiliki karakteristik mandiri, berdikari, dan idealis. Baby boomers merupakan pekerja keras yang memperjuangkan kesejahteraan keluarga. Tak heran penghasilan mereka banyak dihabiskan untuk membeli tanah, rumah, kendaraan, dan menabung demi warisan bagi keturunannya.

Kedua, adalah generasi X

Generasi yang lahir antara tahun 1961-1981. Generasi yang lahir setelah baby boomers ini memiliki pemikiran yang lebih maju. Dengan Karakteristik yang mandiri, berpikiran luas, berekspektasi kerja tinggi, dan mulai memiliki jiwa pengusaha, generasi ini mulai memikirkan cara untuk memulai usaha dan menikmati hari tua.

Ketiga, adalah generasi Y atau biasa disebut milenial.

Lahir antara tahun 1982-1994 bertepatan dengan gencarnya perkembangan teknologi komunikasi membuat generasi ini akrab dengan yang namanya internet, email, dan short message service (SMS). Saat generasi milenial menginjak remaja, media sosial seperti Friendster, Facebook, My Space, dan Twitter mulai muncul.

Dengan demikian, membuat karakter generasi Y ini terbentuk menjadi realistis, penuh keinginan, percaya diri yang tinggi, suka dengan perbedaan, serta memiliki toleransi yang tinggi. Tak heran, dengan karakteristiknya dan didukung kemajuan teknologi, para milenial gencar mencari pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi.

Generasi ini juga banyak yang memilih mendirikan bisnis sendiri untuk mendapatkan keuntungan yang besar (jiwa kewirausahaan / entrepreneurship tinggi). Uang yang didapatkan digunakan untuk membeli gadget tercanggih, kendaraan, mendirikan bisnis, traveling, dan bersosialisasi dengan nongkrong dikafe.

Keempat, adalah generasi Z

Generasi ini lahir antara tahun 1995-2010. Generasi ini lahir pada masa dimana teknologi sudah sangat akrab dengan masyarakat. Kedekatan mereka dengan teknologi membentuk karakteristik yang lagi-lagi berbeda dengan generasi sebelumnya.

Karakteristik dari generasi Z adalah konsumtif, inovatif, bergantung pada teknologi, dan mementingkan popularitas di media sosial. Maka, tak heran jika generasi ini menggunakan uang mereka untuk membeli gadget, tren fashion terkini, makan dan nongkrong di kafe-kafe terbaru yang instagramable, serta traveling.

Namun, generasi yang sekarang mulai memasuki usia remaja ini tidak kalah dalam urusan perencanaan untuk membuat usaha sendiri.

Kelima, adalah generasi Alpha

Generasi yang lahir pada 2011-sekarang, Di zaman dengan teknologi serba canggih sekarang ini, sudah bisa dipastikan sejak usia dini atau balita generasi ini sudah diperkenalkan dengan teknologi dan gadget. Selain itu, generasi A mendapatkan pendidikan yang terbaik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Ini dikarenakan orangtua sudah menyekolahkan mereka lebih cepat dan belajar banyak hal sejak dini. Setiap generasi mempunyai karakter tersendiri yang menjadi pembeda.

Terkait dengan hal ini, tentu seorang pimpinan harus mengetahui bagaimana cara mengelola atau memanajemen organisasi di sebuah perusahaan atau instansi, yang kini status pekerjanya sudah dapat dipastikan berbeda sekali dengan generasi sebelumnya. Pengelolaan manajemen harus mampu menggerakkan generasi (Y dan Z) bahkan hingga menjadi agen of change bagi lingkungan sekitar.

Terlebih dahulu menjadi seorang pemimpin tentu harus banyak mempersiapkan budaya organisasi dan etika kerja yang baik dalam menjalankan prinsip pelayanan publik. Dengan terbentuknya budaya organisasi dan etika kerja yang baik tentunya memudahkan seorang pemimpin menyesuaikan diri dengan generasi milenial maupun generasi Z.

Budaya organisasi merupakan suatu perilaku kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam sebuah organisasi. Dalam hal ini apabila budaya organisasi dilihat baik maka organisasi dapat berkembang lebih cepat dan maju, karena dianggap organisasi yang sehat. Begitu juga sebaliknya jika dalam organisasi dilihat kurang baik maka organisasi ini dapat dikatakan organisasi yang kurang sehat.

Budaya organisasi yang baik dapat memberikan ruang dan peluang bagi pemimpin untuk memberikan peran penting dalam membentuk budaya kerja pada organisasi. Beberapa fungsi budaya organisasi yang nampak dan dapat dirasakan secara umum adalah seperti berikut:

  1. Mampu menambah rasa memiliki dan menaikan loyalitas pegawai kepada organisasi
  2. Pegawai dapat memperkuat nilai organisasi
  3. Dapat digunakan sebagai alat untuk mengorganisasikan anggota
  4. Sebagai penentu arah, mana yang dapat dikalukan dan mana yang tidak.

Dengan adanya budaya kerja yang baik, diharapkan mampu menciptakan produktifitas seluruh pegawai dan memberikan output yang optimal terhadap capaian organisasi.

Etika Kerja

Berbicara etika kerja dalam sebuah lembaga sangat berhubungan sekali dengan budaya kerja yang ada di organisasi. Etika kerja merupakan aturanyang mengandung nilai dan prinsip moral bagi pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan dalam organisasi. Etika kerja harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sebaik-baiknya, karena hal itu yang akan membentuk karakter pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dimana etika pribadi merupakan cermin bagi etika organisasi.

Sebuah tantangan besar bagi seorang pimpinan dalam melakukan tugas di era sekarang. Melihat dari generasi yang berbeda tentu membuat pemikiran dan strategi yang berbeda dalam mengelola organisasi. Kita tahu bahwa mengelola generasi milenial ini dibutuhkan gaya baru yang mampu mengarahkan generasi ini menjadi agen perubahan.

Menurut George Bradt dalam konsepnya mengenai Brave Leadership terdapat 5 (lima cara dalam memimpin generasi milenial) Beberapa strategi yang hendak dilakukan seorang pimpinan dalam mengelola generasi Y dan Z pada lembaga yaitu:

  1. Behavior artinya tidak membuat jarak dengan mereka kaum muda dan memberikan akses informasi yang seluas-luasnya;
  2. Relationshipartinya menjadi pendengar yang aktif dan memberikan feedback dengan cara baik dan tepat;
  3. Attitude artinya memberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan yang menantang
  4. Valuesartinya menjadikan pekerjaan mereka memiliki value dan arti;
  5. dan Environmentartinya menciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit.

Hal ini berbeda dengan artikel yang diunggah oleh Studi Ilmu yang menyampaikan bahwa cara mengelola generasi milenial di tempat kerja adalah sebagai berikut:

  1. Literasi elektronik yang tinggi, seperti kita ketahui bahwa generasi milenial saat ini tidak mau jauh-jauh atau ketinggalan dengan yang namanya internet, internet sebagai bagian kehidupan mereka sehari-hari. Dengan mengetahui kelebihan ini, maka seorang pimpinan dapat memberdayakan kemampuan generasi milenial dengan baik, serta mengajak komunikasi secara internal maupun eksternal untuk lembaga.
  2. Menciptakan keragaman dan menjaga fleksibilitas, beberapa fakta tentang generasi milenial ternyata bukan hanya memiliki literasi elektronik yang tinggi, namun mereka sangat menyukai lingkungan kerja yang beragam dan fleksibel. Jadi penting untuk seorang pemimpin dapat mempertahankan keberagaman dan dan menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel. Fleksibel disini artinya adalah memberikan peluang baru, karena generasi ini mencintai tantangan yang membuat diri mereka menjadi berkembang lebih baik dari sebelumnya.
  3. Hasil jauh lebih penting daripada proses, masih banyak lembaga yang berbicara proses lebih penting daripada hasil, namun hal itu tidak bisa kita terapkan pada generasi saat ini, karena generasi ini memiliki kecenderungan mementingkan hasil. Inilah mengapa generasi milenial dianggap sebagai generasi pemalas oleh sebagian orang. Sebenarnya mereka bukan pemalas, namun terjadi perbedaan bahasan antara generasi milenial dengan yang lebih tua ketika membicarakan struktur dan proses. Telah kita ketahui bahwa generasi milenial lebih mencintai kebebasan namun menghasilkan hasil yang memuaskan, sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya yang diktator, mereka lebih memilih untuk memiliki jadwal yangtetap, berpakaian rapi dan lain sebagainya. Inilah pentingnya seorang pemimpin harus mengetahui cara berfikir generasi milenial ini, sehingga tidak kaku atau saklak dalam memimpin.
  4. Kerja tim Bagus untuk dijadikan Budaya kerja, hal yang selalu dilakukan oleh generasi milenial adalah kerja tim atau kelompok, mereka sudah mencoba mempelajarinya sejak diajarkan dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke Perguruan Tinggi (PT). Berbeda dengan generasi sebelumnya, hal inilah yang menjadikan mereka lebih unggul dalam bekerja. Ini merupakan kesempatan emas yang perlu diapresiasi oleh para pimpinan dalam memberikan kebijakan, yang mana jika mereka diberikan rasa aman dan nyaman dilingkungan kerja, maka kesempatan ini dapat membuat milenial memberikan kerja tim yang tangguh dan hebat.
  5. Beri Kesempatan Milenial untuk Bekerja dari Jarak Jauh, seperti yang sudah dibahas diatas, kita tahu bahwa milenial sudah mendarah daging dengan teknologi, mereka semakin yakin bahwa kita semua mempunyai kemampuan untuk bekerja jarak jauh. Dengan sangat mencintai fleksibilitas bekerja pada generasi milenial ini maka pemimpin hendak menyesuaikan dalam memberikan kebijakan agar mereka dapat bekerja dengan baik. meskipun setiap generasi mengalami perbedaan, namun hal yan perlu kita sadari bahwa setiap generasi pasti membawa kekuatan atau kelebihan masing-masing

Dari beberapa yang penulis sampaikan diatas dapat kita simpulkan bahwa dunia bekerja, pendidikan, dan lainnya tentu sudah memasuki era perubahan, yang mana usia milenial sebagai generasi angkatan kerja memiliki perspektif makna karir berbeda dengan generasi sebelumnya. Banyak potensial mengenai karir yang membuat mereka enggan bergantung pada lembaga atau perusahaan yang kurang membantu mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Sehingga hal ini perlu disadari oleh para pimpinan agar mengetahui dan mampu menjalankan pola kinerja yang menyesuaikan dengan eranya.

*Much Solehudin, Dosen Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap

Referensi:

  • Ariwan K. Perdana, Generasi Milenial dan Strategi Pengelolaan SDM Era Digital, Jurnal Studi Pemuda Volume 8 Nomor 1 tahun 2019
  • https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-artikel/14933/Kepemimpinan-yang-Adaptif-dan-Efektif-pada-Gen-Y-dan-Z.html
  • http://sman1lendah.sch.id/?p=4417
  • https://www.studilmu.com/blogs/details/5-cara-mengelola-milenial-di-tempat-kerja
  • Susi Adiawaty, Tantangan Perusahaan Mengelola Perbedaan Generasi Karyawan, Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 22 No. 3 / 2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *