Unikma.ac.id – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) saat ini sedang mengkaji pengembalian kebijakan sekolah enam hari di wilayahnya. Kajian yang melibatkan akademisi dan elemen masyarakat ini didasari kekhawatiran adanya waktu luang yang membuat anak-anak tanpa pengawasan orang tua.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin (Gus Yasin) mengungkapkan hal tersebut saat menyampaikan sambutan pada acara Gebyar Hari Santri Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh (JPPPM) Pusat 2025, di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Kamis (2/10/2025).
Gus Yasin menjelaskan, tujuan utama kebijakan lima hari sekolah adalah memberikan waktu luang bagi anak-anak untuk berkumpul bersama keluarga. Namun, berdasarkan kajian, ditemukan fakta bahwa banyak orang tua yang bekerja hingga enam bahkan tujuh hari dalam sepekan.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terkait pengawasan anak-anak di hari libur.
“Dengan kebijakan lima hari sekolah, ada dua hari libur anak, maka ada satu hari yang tanpa pengawasan,” kata Gus Yasin ini, dikutip dari jatengprov.go.id, Minggu (23/11/2025).
Tujuan 6 Hari Sekolah
Pengembalian penerapan enam hari sekolah ini diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada anak dari hal-hal negatif saat berada di luar pengawasan orang tua.
Rencana pengembalian kebijakan enam hari sekolah ini akan diprioritaskan untuk jenjang SMA dan SMK, sesuai dengan kewenangan Pemprov. Meskipun demikian, Pemprov Jateng membuka peluang untuk kebijakan ini diberlakukan juga pada jenjang di bawahnya, seperti SD, SMP, TK, dan PAUD, yang berada di bawah kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
Meskipun demikian, Gus Yasin memastikan bahwa penerapan kebijakan ini akan mempertimbangkan hasil kajian dari para pakar pendidikan, perguruan tinggi, dan juga kalangan dewan.
Respons Pelajar Terkait Wacana 6 Hari Sekolah
Melansir Solo Pos, Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mengkaji pengembalian kebijakan enam hari sekolah untuk jenjang SMA/SMK mendapat respons negatif dari kalangan pelajar dan orang tua siswa. Mereka secara tegas menyatakan ketidaksepakatan, menilai kebijakan lima hari sekolah yang sudah berjalan lebih efektif dan memberikan waktu yang cukup untuk istirahat serta kegiatan non-akademik.
Sejumlah pelajar SMA di Klaten berpendapat, penambahan hari sekolah justru akan mengganggu kegiatan organisasi dan waktu bersama keluarga.
Sheli (17), salah satu pelajar SMA di Klaten, mengaku kebijakan enam hari sekolah akan menjadi kurang efisien, terutama bagi siswa yang aktif dalam kegiatan organisasi. Ia mengungkapkan, saat ini hari Sabtu dimanfaatkan untuk kegiatan organisasi atau berkumpul dengan keluarga.
“Kalau dijadiin enam hari sekolah, otomatis kan hari Sabtu tuh harus sekolah. Jadi buat rapat itu bisa jadi di hari Minggu. Sedangkan hari Minggu itu sebenarnya untuk istirahat,” kata Sheli, pelajar SMAN 1 Prambanan, pada Sabtu (22/11/2025).
Ia lebihmemilih model pembelajaran penuh selama lima hari (full day) agar mendapat dua hari libur penuh untuk istirahat yang cukup. “Di sore harinya malah mending sekalian itu full belajar di sekolah. Kemudian Sabtu-Minggu itu atau dua hari, ada waktu yang cukup untuk istirahat. Daripada belajar cuma setengah hari, kemudian istirahat. Besok belajar lagi, itu capainya enggak hilang,” tambahnya.
Senada, pelajar lain, Zain (16), dari SMAN 1 Karanganom, juga menilai lima hari sekolah lebih efektif karena memberikan cukup waktu bagi siswa untuk berkumpul bersama keluarga maupun melakukan kegiatan organisasi.
Orang Tua Khawatir Anak Kekurangan Istirahat
Penolakan terhadap wacana enam hari sekolah juga datang dari pihak orang tua siswa. Mereka mengkhawatirkan anak akan mengalami kelelahan dan sulit fokus dalam pelajaran.
Dwitya (40), orang tua siswa SMA negeri di Klaten Selatan, menyatakan ketidaksetujuannya. Ia menilai beban pelajaran harian sudah cukup sulit dan berlangsung hingga sore, bahkan mendekati Magrib jika ditambah tugas tambahan.
“Tidak setuju. Karena setiap hari pelajaran semakin sulit, sudah sampai sore, misal ada tugas tambahan sudah sampai Magrib. Anak kurang istirahat. Takutnya badan capai, tidak fokus dengan pelajaran,” ujar Dwitya.
—
Penulis: Tim Humas Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah
Editor: Muhamad Ridlo
Sumber:
- Pemprov Jateng – https://jatengprov.go.id/publik/pemprov-jateng-kaji-pengembalian-kebijakan-enam-hari-sekolah/
- Solo Pos – https://solopos.espos.id/tak-sepakat-rencana-6-hari-sekolah-ini-kata-pelajar-dan-orang-tua-di-klaten-2165747









