Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
previous arrow
next arrow

Negara Maju dalam Bingkai Keislaman: Melampaui Materialisme Menuju Peradaban Paripurna

Masa Keemasan Khulafaur Rasyidin Sejarah Islam memberikan bukti nyata tentang keberhasilan model negara maju yang […]


Masa Keemasan Khulafaur Rasyidin

Sejarah Islam memberikan bukti nyata tentang keberhasilan model negara maju yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi. Era Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali RA) adalah prototype pertama. Di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab RA, kekhalifahan mencapai puncak kejayaannya. Pilar utamanya adalah keadilan yang absolut. Umar menjalankan prinsip musyawarah, memerintah dengan sangat sederhana, dan memastikan baitul mal (kas negara) dikelola dengan transparan untuk kesejahteraan rakyat. Infrastruktur seperti kanal, jalan, dan sistem irigasi dibangun. Penaklukan wilayah bukan untuk penjajahan, tetapi untuk menyebarkan keadilan dan tata kelola pemerintahan yang baik. Stabilitas politik dan keamanan terwujud sehingga perdagangan dan ilmu pengetahuan berkembang. Ini membuktikan bahwa penerapan nilai-nilai Islam yang utama dapat menciptakan negara yang maju dan beradab.

Dinasti Umayyah dan Abbasiyah

Puncak keemasan peradaban Islam berikutnya terjadi pada masa Dinasti Umayyah di Damaskus dan terutama Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Di bawah pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid dan putranya, Al-Ma’mun, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia, sebuah superpower yang tidak tertandingi pada masanya. Kemajuan material sangatlah nyata: perekonomian berbasis dinar yang stabil menjadi mata uang global, pertanian maju dengan sistem irigasi canggih, dan industri kerajinan serta perdagangan internasional sangat berkembang. Namun, yang lebih mengesankan adalah kemajuan non-materialnya. Baitul Hikmah didirikan sebagai universitas, pusat penerjemahan, dan perpustakaan terbesar di dunia. Ilmuwan seperti Ibnu Sina (kedokteran), Al-Khawarizmi (matematika/aljabar), Al-Kindi (filsafat), dan Al-Biruni (astronomi) muncul dari rahim peradaban ini. Mereka berhasil mengintegrasikan iman dan ilmu, wahyu dan akal, sehingga melahirkan renaissance pengetahuan yang menjadi fondasi bagi kebangkitan Eropa di kemudian hari. Kemajuan ini lahir karena dukungan negara terhadap ilmu pengetahuan dan kebebasan berfikir dalam koridor yang tidak bertentangan dengan aqidah.

Kesultanan Utsmaniyah dan Andalusia

Dua contoh lain adalah Kesultanan Utsmaniyah di Turki dan Keamiran Islam di Andalusia (Spanyol). Utsmaniyah selama berabad-abad menjadi negara adidaya dengan militernya yang kuat, sistem administrasi yang teratur, dan arsitektur yang megah. Mereka menguasai teknologi militer dan membangun infrastruktur sosial seperti kompleks masjid, pemandian umum, rumah sakit, dan pasar yang tertata rapi (kulliye). Sementara itu, di Andalusia, kota-kota seperti Cordoba, Granada, dan Sevilla menjadi simbol toleransi dan kemajuan multi-budaya. Jalan-jalan di Cordoba telah diterangi lampu sementara London masih gelap gulita. Perpustakaannya menampung ratusan ribu buku. Umat Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dan berkontribusi bersama dalam ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat. Kedua peradaban ini menunjukkan bahwa negara Islam yang maju adalah negara yang inklusif, menguasai teknologi, dan mempromosikan kehidupan yang harmonis.

Potensi Indonesia menjadi Negara Maju; Kekuatan Demografi dan Sumber Daya Alam

Beralih ke konteks Indonesia, peluang untuk menjadi negaramaju yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam sangatlah besar. Pertama, dari aspek demografi, Indonesia memiliki bonus demografi yang merupakan potensi luar biasa. Jumlah penduduk usia produktif yang besar, jika disertai dengan investasi pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, akan menjadi mesin pertumbuhan yang dahsyat. Kedua, Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, dari hasil tambang, pertanian, kelautan, hingga energi terbarukan, memberikan modal dasar untuk kemandirian ekonomi. Dalam perspektif Islam, SDA adalah amanah Allah yang harus dikelola secara adil dan bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat, bukan dieksploitasi untuk keuntungan korporasi asing atau segelintir orang.

Landasan Spiritual dan Budaya

Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia memiliki landasan spiritual dan budaya yang kuat. Nilai-nilai keislaman yang moderat (wasathiyah) yang berpadu dengan kearifan lokal seperti gotong royong, musyawarah, dan keramahan dapat menjadi pondasi karakter bangsa yang unggul. Semangat untuk beramal, sedekah, dan mengelola zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang sangat besar potensinya dapat menjadi instrument powerful untuk mengentaskan kemiskinan dan membiayai pembangunan sosial secara mandiri, merealisasikan prinsip keadilan sosial dalam Islam. Modal sosial dan spiritual ini adalah keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh banyak bangsa.

Perkembangan Demokrasi dan Ekonomi Syariah

Perkembangan demokrasi dan ekonomi syariah juga menjadi peluang signifikan. Demokrasi, dengan prinsip musyawarah dan kontrol sosial, sejalan dengan prinsip syura dalam Islam. Meski masih banyak tantangan, ruang untuk berpartisipasi dan mengawal kebijakan publik semakin terbuka. Di sisi ekonomi, Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam keuangan dan ekonomi syariah global. Perbankan syariah, pariwisata halal, industri halal food dan fashion, serta fintech syariah berkembang pesat. Ekonomi syariah tidak hanya menjamin halalnya transaksi, tetapi juga berorientasi pada keadilan, etika, dan dampak sosial yang positif, yang merupakan ciri dari ekonomi negara maju ala Islam.

Tantangan yang Harus Diatasi

Namun, peluang tersebut harus berhadapan dengan tantangan yang sangat berat. Pertama, mentalitas koruptif yang masih menggerogoti birokrasi dan dunia usaha, bertolak belakang dengan prinsip amanah. Kedua, kesenjangan ekonomi yang lebar antara kaya dan miskin, serta antara Jawa dan luar Jawa, yang mengingkari prinsip keadilan. Ketiga, kualitas pendidikan yang masih rendah dan belum sepenuhnya membangun karakter dan akhlak peserta didik. Keempat, degradasi moral dan merebaknya intoleransi dalam level tertentu yang mengancam kerukunan. Kelima, eksploitasi SDA yang tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan.

Rekomendasi dan Langkah Strategis

Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara maju berlandaskan nilai-nilai keislaman, diperlukan langkah-langkah strategis dan berani. Pertama, penguatan pendidikan integratif yang memadukan keunggulan sains-teknologi dengan pembentukan akhlak mulia dan spiritualitas. Kedua, penegakan hukum yang adil dan tanpa tebang pilih untuk memberantas korupsi dan kezaliman. Ketiga,penguatan ekonomi kerakyatan dan syariah yang inklusif dan berkeadilan, dengan mendorong koperasi. Keempat, optimalisasi pengelolaan ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf) untuk jaring pengaman sosial dan pembangunan berkelanjutan. Kelima, pelestarian lingkungan berdasarkan prinsip kekhalifahan di muka bumi, yaitu memakmurkan dan tidak merusak.

Menuju Indonesia yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur

Kesimpulannya, konsep negara maju dalam Islam jauh lebih holistik dan bermartabat. Ia tidak hanya mengejar kebendaan, tetapi juga ketinggian akhlak, keadilan, dan spiritualitas. Sejarah telah membuktikan bahwa integrasi antara iman dan ilmu, dunia dan akhirat, mampu melahirkan peradaban yang gemilang dan menjadi mercusuar dunia. Indonesia memiliki semua potensi untuk mewujudkannya: SDA yang melimpah, SDM yang besar, dan nilai-nilai spiritual yang kuat. Tantangannya ada pada konsistensi, political will, dan komitmen kolektif untuk membangun peradaban yang tidak hanya “modern” dalam arti Barat, tetapi “maju” dalam arti Islami. Cita-cita mulia itu tertuang dalam doa yang diajarkan Al-Qur’an: “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur” (negeri yang baik dan Allah Maha Pengampun) (QS. Saba’: 15). Sebuah negeri yang damai, sejahtera, penuh berkah, dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Itulah hakikat negara maju sejati yang harus diperjuangkan.

*Penulis: Kuswantoro, M.Pd. (Dosen Islamic Studis STMIK Komputama Cilacap

Referensi:

  1. Al-Qur’an Al-Karim.
  2. Chapra, M. Umer. (2008). Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform. Islamic Foundation.
  3. Al-Faruqi, Ismail Raji. (1982). Islamization of Knowledge: General Principles and Workplan. International Institute of Islamic Thought.
  4. Karim, Adiwarman A. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Rajawali Pers.
  5. Lewis, Bernard. (2002). What Went Wrong? The Clash Between Islam and Modernity in the Middle East. Harper Perennial.
  6. Naqvi, Syed Nawab Haider. (2003). Perspectives on Morality and Human Well-Being: A Contribution to Islamic Economics. Islamic Foundation.
  7. UNDP. (2020). Human Development Report 2020.
  8. World Bank. (2023). World Development Indicators 2023.
  9. Zaman, Asad. (2021). The Role of Ethics in Islamic Economics. Palgrave Macmillan.
  10. Kronologi sejarah Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah dari berbagai sumber tepercaya seperti The Cambridge History of Islam dan karya-karya sejarawan terkemuka.
Halaman: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

content-0312

Mix Parlay


yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

Togel Online Resmi

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

news

slot mahjong ways

judi bola online

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

ayowin

mahjong ways

judi bola online

5066

5067

5068

5069

5070

8076

8077

8078

8079

8080

8081

8082

8083

8084

8085

8801

8802

8803

8804

8805

8806

8807

8808

8809

8810

8811

8812

8813

8814

8815

8881

8882

8883

8884

8885

8886

8887

8888

8889

8890

8891

8892

8893

8894

8895

8941

8942

8943

8944

8945

8946

8947

8948

8949

8950

8951

8952

8953

8954

8955

8896

8897

8898

8899

8900

5081

5082

5083

5084

5085

8041

8042

8043

8044

8045

8046

8047

8048

8049

8050

8821

8822

8823

8824

8825

8826

8827

8828

8829

8830

8831

8832

8833

8834

8835

8901

8902

8903

8904

8905

8906

8907

8908

8909

8910

8911

8912

8913

8914

8915

8956

8957

8958

8959

8960

8961

8962

8963

8964

8965

8966

8967

8968

8969

8970

5056

5057

5058

5059

5060

5086

5087

5088

5089

5090

5091

5092

5093

5094

5095

8011

8012

8013

8014

8015

8016

8017

8018

8019

8020

8021

8022

8023

8024

8025

8026

8027

8028

8029

8030

8841

8842

8843

8844

8845

8916

8917

8918

8919

8920

8921

8922

8923

8924

8925

8926

8927

8928

8929

8930

8971

8972

8973

8974

8975

8976

8977

8978

8979

8980

8981

8982

8983

8984

8985

8031

8032

8033

8034

8035

8036

8037

8038

8039

8040

8846

8847

8848

8849

8850

8931

8932

8933

8934

8935

8936

8937

8938

8939

8940

8986

8987

8988

8989

8990

8991

8992

8993

8994

8995

8851

8852

8853

8854

8855

8856

8857

8858

8859

8860

8861

8862

8863

8864

8865

8866

8867

8868

8869

8870

8871

8872

8873

8874

8875

8876

8877

8878

8879

8880

8996

8997

8998

8999

9000

content-0312