Home » article » Mengenal Sesar Ajibarang di Banyumas, Berpotensi Picu Gempa hingga M6,6

Mengenal Sesar Ajibarang di Banyumas, Berpotensi Picu Gempa hingga M6,6

Stmikkomputama.ac.id – Pembicaraan mengenai sesar aktif di Indonesia, khususnya di Jawa kembali mengemuka usai guncangan […]

Stmikkomputama.ac.id – Pembicaraan mengenai sesar aktif di Indonesia, khususnya di Jawa kembali mengemuka usai guncangan gempa di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Otoritas terkait telah memetakan sesar aktif, termasuk di Jawa Tengah.
Beberapa di antaranya adalah, Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Java Back-arc Thrust/Baribis-Kendeng, Sesar Opak, Sesar Mataram, Sesar Garsela, Sesar Karangsambung, Sesar Pasuruan.
Penelitian lebih lanjut juga menyasar jalur sesar aktif lainnya seperti Sesar Rembang-Madura-Kangean Sakala dan Somorkoning.
Identifikasi sesar aktif ini penting mengingat potensi bahaya dan mitigasinya. Diketahui, aktivitas di sesar bisa memicu gempa bumi.
BRIN menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan rekayasa bangunan tahan gempa untuk mengurangi dampak buruk bencana gempa di masa depan.
Masyarakat mungkin masih awam jika membicarakan sesar. Jarang yang menyadari, ada pula sesar aktif di dekat Cilacap, tepatnya di Banyumas, yakni Sesar Ajibarang.
Lantaran lokasinya yang dekat, wilayah Cilacap dan Banyumas rawan terdampak apabila terjadi aktivitas tektonik Sesar Ajibarang.
Berdasarkan data dari BMKG, gempa magnitudo 2,3 yang terjadi di Banyumas pada Oktober 2021 diduga berasal dari Sesar Ajibarang.
Bahaya sesar untuk wilayah berdekatan
Bahaya sesar untuk wilayah berdekatan dengan sesar aktif bisa meliputi beberapa risiko.
Risiko Utama:
  • Gempa Bumi: Sesar aktif dapat memicu gempa bumi yang kuat jika terjadi pergeseran atau pergerakan di sepanjang sesar tersebut.
  • Kerusakan Bangunan dan Infrastruktur: Gempa bumi yang disebabkan oleh pergerakan sesar dapat menyebabkan kerusakan parah pada bangunan, jembatan, jalan, dan infrastruktur lainnya.
  • Potensi Longsor dan Likuefaksi: Getaran gempa bisa memicu longsor di daerah perbukitan atau likuefaksi di area dengan tanah yang jenuh air.
Dampak pada Wilayah Berdekatan
  • Wilayah yang berdekatan dengan sesar aktif seperti Sesar Ajibarang di sekitar Banyumas dan Cilacap harus siap menghadapi potensi gempa.
  • Kesiapsiagaan masyarakat, seperti membangun struktur tahan gempa dan memiliki rencana evakuasi, sangat penting untuk mengurangi risiko.

Potensi Gempa Sesar Ajibarang

Stasiun Geofisika Banjarnegara, Jawa Tengah membeberkan potensi gempa di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Menurutnya, ada satu sesar aktif yang dekat wilayah Banyumas, yaitu Sesar Ajibarang.

“Potensi gempa yang terjadi hingga 6,6 magnitudo,” ujar Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie P dalam acara webinar bertajuk ‘Menguak Jejak Megatrust dan Sesar Aktif di Banyumas Raya’, Selasa, 20 April 2021.

Di Indonesia terdapat 295 sesar aktif. Tujuh di antaranya terletak di Jawa Tengah, yaitu Baribis, Kendheng, Ajibarang, Merapi Merbabu, Muria, Pati/ Lasem, Ungaran 1 dan Ungaran 2.

Pria yang akrab disapa Aji itu menjelaskan bahwa ada zona seismic gap di wilayah Banyumas. Zona tersebut merupakan zona relatif aktif secara teknonik, namun jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Aji menerangkan, berdasarkan data gempa 2008-2021, memang Banyumas tercatat tidak terlalu banyak gempa terjadi dibandingkan wilayah lain, Sumatera misalnya. “Ini karena karakteristik itu relatif sedikit, gempanya kecil dan dangkal,” kata Aji.

Namun, pada periode tersebut terdapat loncatan aktivitas kegempaan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya dalam lima tahun terakhir, dan potensi kejadian gempa bumi cenderung meningkat.

“Hal ini mendorong BMKG membuat rekomendasi ke pemda agar upaya mitigasi perlu segera ditingkatkan,” tutur Aji.

Riwayat Gempa di Banyumas

Sebagai informasi, Aji menambahkan, ada beberapa gempa besar yang mengguncang Banyumas dan sekitarnya. Pada 13 Agustus 1863 terjadi gempa dengan VI skala mercalli atau MMI—satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi—yang merusak pabrik gula.

Pada 27 Maret 1871 juga gempa berkekuatan VI MMI mengguncang Banyumas. Pada 14 Februari 1976 episenter di Purwokerto dengan kekuatan M 5,6, yang dirasakan di Ajibarang, Kedungbanteng, Tegal, Brebes, Pekalongan, Magelang, dan Semarang.

Selain itu gempa yang terjadi pada 20 Januari 2014 episenter di Kebumen berkekuatan M 6,5 yang merusak 125 rumah di Banyumas. “Itu empat gempa paling merusak Banyumas dan sekitarnya,” kata Aji.

Sedangkan sejarah terjadinya tsunaminya sekitar 600 tahun lalu di selatan Jawa dan DIY Yogyakarta. Gelombangnya, kata Aji, lebih tinggi dibanding tsunami yang terjadi di Pangandaran pada 2006. Tsunami terjadi lagi pada 4 Januari 1840, berlanjut pada 20 Oktober 1859, 11 September 1921, dan 17 Juni 2006.

“Di sisi selatan Jawa merupakan zona subduksi. Hal ini merupakan bukti bahwasanya selatan Jawa Tengah rawan gempa dan tsunami,” tutur Aji.

Sumber:

  • ai.stmikkomputama.ac.id
  • Tempo.co
  • bmkg.go.id
  • brin.go.id
  • jateng.inews.id

*Penulis adalah jurnalis, membantu di Media Center STMIK Komputama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

STMIK komputama Majenang