Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
previous arrow
next arrow

Mengenal IDRIP, Sistem Peringatan Dini Tsunami Supercepat Hanya 3 Menit

Unikma.ac.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meraih capaian besar dalam modernisasi sistem pemantauan, […]

Ilustrasi gelombang tsunami, dentuman dan suara misterius sebelum gempa dan tsunami. (Foto: Created by ai.stmikkomputama.ac.id/Ridlo/Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap)


Unikma.ac.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meraih capaian besar dalam modernisasi sistem pemantauan, pemrosesan, dan diseminasi gempa bumi serta tsunami nasional. Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa berkat proyek Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP), waktu pemberian peringatan dini kini hanya membutuhkan maksimal tiga menit.

“Sebelumnya peringatan dini diberikan dalam waktu lima menit. Setelah dikerjakan melalui proyek IDRIP, kami sudah dapat memberikan peringatan dini dan sudah teruji maksimum tiga menit, bahkan beberapa kejadian antara dua hingga tiga menit,” ujar Dwikorita dalam Closing Ceremony IDRIP di Kantor BNPB, Jakarta, dikutip dari laman BMKG, Minggu (2/11/2025).

Dia menambahkan, sistem baru ini tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih akurat dan memiliki jangkauan yang lebih luas.

Sistem peringatan dini tersebut kini diintegrasikan dalam Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) yang berpusat di Kemayoran, Jakarta, dan didukung oleh pusat cadangan di Denpasar, Bali. MHEWS menggabungkan modul seismologi–tsunami dengan jaringan diseminasi terpadu untuk memastikan arus informasi dari hulu ke hilir berjalan lancar. Sistem ini diperkuat dengan penggunaan supercomputer berkapasitas tinggi.

Menurut Dwikorita, pengembangan high performance computing menjadi kunci percepatan analisis gempa dan tsunami secara real time. “Supercomputer hasil proyek IDRIP ini termasuk dalam 500 besar supercomputer di dunia. Kita beri nama SMONG—Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling,” jelasnya.

Selain modernisasi peralatan, BMKG juga memperkuat kapasitas sumber daya manusia. Lebih dari 40 pelatihan telah diselenggarakan, melibatkan lebih dari 1.000 peserta lintas satuan kerja dan mitra daerah. “Modernisasi tidak akan efektif tanpa kesiapan SDM yang tangguh dan terlatih,” kata Dwikorita.

Harapan BNPB

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menegaskan, IDRIP merupakan buah pembelajaran dari bencana besar pada 2018, seperti di NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda. “Kita belajar memperkuat peralatan, SDM, dan kesiapsiagaan di wilayah berisiko gempa dan tsunami,” ujarnya.

Menurut Suharyanto, sistem hilir kini terstandar dan terlatih. Informasi dari BMKG diteruskan ke Pusdalops pusat dan daerah, lalu ke desa tangguh bencana. Sirine diaktifkan dan warga diarahkan mengikuti rute evakuasi yang sudah dikenalkan melalui latihan. “Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegasnya.

Dwikorita menutup sambutannya dengan apresiasi kepada BNPB sebagai executing agency, Bank Dunia sebagai mitra pendanaan, serta seluruh kementerian dan pemerintah daerah yang terlibat. “Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All, agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar menyelamatkan nyawa,” serunya.

Acara tersebut menandai berakhirnya kerja sama kolaboratif antara Pemerintah Indonesiadan Bank Dunia. Dalam rilis resminya, BNPB menyebut mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan IDRIP dilakukan secara transparan dan akuntabel melalui sistem pengaduan dan umpan balik publik terintegrasi antara BNPB dan BMKG. Hal ini menjadi bukti bahwa program IDRIP tidak hanya berorientasi pada output, tetapi juga memberikan impact nyata bagi keselamatan masyarakat.

Cara Kerja IDRIP

Dengan kombinasi superkomputer SMONG, jaringan MHEWS, dan koordinasi antarinstansi, IDRIP bekerja sebagai ekosistem peringatan dini terpadu yang mempercepat analisis, meningkatkan akurasi, dan memperluas jangkauan peringatan.

Berikut penjelasan cara kerja IDRIP (Indonesia Disaster Resilience Initiative Project) secara sistematis berdasarkan keterangan resmi BNPB dan BMKG, serta penjabaran teknis dari sistem yang mereka bangun:

1. Integrasi dari Hulu ke Hilir

IDRIP dirancang untuk mengintegrasikan seluruh rantai sistem peringatan dini bencana — mulai dari deteksi sumber bahaya hingga penyampaian informasi ke masyarakat.
Sistem ini bekerja dari:

  • Hulu: pemantauan data geofisika (gempa, tsunami, cuaca ekstrem) melalui sensor, buoy, seismograf, dan satelit.
  • Tengah: pemrosesan dan analisis cepat di pusat data BMKG menggunakan high performance computing (superkomputer SMONG).
  • Hilir: diseminasi otomatis ke jaringan peringatan nasional—termasuk BNPB, BPBD, Pusdalops, dan pemerintah daerah—hingga ke masyarakat melalui sirine, pesan seluler, dan media publik.

2. Sistem Multi Hazard Early Warning System (MHEWS)

Komponen utama IDRIP adalah MHEWS (Multi Hazard Early Warning System) yang mengintegrasikan peringatan untuk berbagai jenis bahaya (multi hazard) seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan cuaca ekstrem.

  • Pusat utama: di Kemayoran, Jakarta.
  • Pusat cadangan: di Denpasar, Bali.
    Kedua pusat ini berfungsi redundan (saling menggantikan) jika salah satu terganggu, memastikan sistem tetap berjalan 24 jam tanpa henti.
    MHEWS menggabungkan modul seismologi dan tsunami dengan jaringan diseminasi terpadu, sehingga aliran informasi berlangsung cepat, seragam, dan akurat.

3. Kecepatan Analisis Melalui Superkomputer SMONG

Salah satu lompatan utama IDRIP adalah penggunaan superkomputer bernama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling).

  • SMONG mampu melakukan analisis gempa dan tsunami secara real time, hanya dalam waktu 2–3 menit setelah kejadian.
  • Sistem ini menghitung parameter gempa (magnitudo, lokasi, kedalaman) dan memprediksi potensi tsunami menggunakan model numerik otomatis.
  • Dengan kecepatan ini, BMKG dapat mengeluarkan peringatan dini nasional maksimal dalam 3 menit, lebih cepat dari sistem sebelumnya yang membutuhkan 5 menit.

4. Diseminasi Otomatis dan Terpadu

Begitu hasil analisis keluar, informasi peringatan dini secara otomatis:

  1. Dikirim ke Pusdalops BNPB dan BPBD melalui jaringanaman.
  2. Diteruskan ke desa tangguh bencana dan posko siaga tsunami.
  3. Mengaktifkan sirine peringatan di pesisir.
  4. Disiarkan melalui TV, radio, SMS, dan aplikasi resmi BMKG.
  5. Warga yang telah mengikuti simulasi dapat langsung mengambil jalur evakuasi yang telah diperkenalkan sebelumnya.

Proses ini memastikan tidak ada jeda manual dalam penyebaran informasi, sehingga masyarakat di kawasan rawan memiliki waktu lebih banyak untuk menyelamatkan diri.

5. Penguatan SDM dan Tata Kelola

Selain teknologi, IDRIP juga membangun kapasitas manusia dan tata kelola kelembagaan:

  • Lebih dari 40 pelatihan dilakukan dengan 1.000+ peserta dari lintas satuan kerja dan daerah.
  • Diperkuat dengan sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan digital yang transparan.
  • BNPB dan BMKG mengintegrasikan sistem pengaduan serta umpan balik publik, memastikan partisipasi masyarakat dalam evaluasi efektivitas sistem.

*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.unikma.ac.id
**Tim Humas Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah

Sumber:

  • BMKG-https://www.bmkg.go.id/berita/utama/menutup-idrip-peringatan-dini-gempa-tsunami-kini-maksimum-3-menit-akurasi-90
  • BNPB-https://bnpb.go.id/berita/penutupan-idrip-kepala-bnpb-berkontribusi-dalam-meningkatkan-kapasitas-hadapi-bahaya-gempa-dan-tsunami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *