UNIKMA, Cilacap – Sejumlah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia memiliki latar belakang militer, yang memberikan warna tersendiri dalam kepemimpinan nasional. Presiden Soeharto merupakan tokoh militer dengan pangkat terakhir Jenderal TNI, yang sebelumnya menjabat sebagai Panglima TNI sebelum menjadi Presiden RI kedua. Begitu pula dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seorang purnawirawan Jenderal TNI yang menjadi Presiden keenam Indonesia.
Presiden RI 2024-2029 adalah Prabowo Subianto, yang juga berlatar belakang militer. Pangkat terakhir Prabowo Subianto adalah Letnan Jenderal, sebelum mendapatkan kenaikan pangkat istimewa dari Presiden Joko Widodo menjadi Jenderal (HOR) Prabowo Subianto.
Dari jajaran Wakil Presiden, nama-nama seperti Try Sutrisno (Jenderal TNI), Umar Wirahadikusumah (Jenderal TNI), dan Soedharmono (Letnan Jenderal TNI) juga berasal dari lingkungan militer. Pengalaman dan disiplin militer yang mereka miliki seringkali dianggap membawa stabilitas serta ketegasan dalam pengambilan keputusan di pemerintahan.
Jenderal Soeharto merupakan satu-satunya Panglima TNI yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia. Karier militernya dimulai sejak masa penjajahan Jepang dan berkembang pesat setelah kemerdekaan. Soeharto dikenal sebagai komandan yang berhasil dalam berbagai operasi militer, seperti Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Setelah peristiwa G30S/PKI pada 1965, Soeharto diangkat menjadi Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan kemudian menjadi Panglima ABRI. Pengalaman dan kepemimpinan Soeharto di lingkungan militer menjadi modal utama dalam transisi kekuasaan dari Presiden Soekarno ke dirinya pada tahun 1967 (Elson, 2001).
Sebagai Presiden, Soeharto memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade (1967–1998) dalam era yang dikenal sebagai Orde Baru. Kepemimpinan militer yang tegas dan terstruktur diterapkan dalam sistem pemerintahan, termasuk melalui doktrin dwifungsi ABRI yang menempatkan militer dalam peran pertahanan sekaligus sosial-politik.
Masa pemerintahannya ditandai oleh stabilitas politik, pembangunan ekonomi, serta sentralisasi kekuasaan. Namun, kepemimpinan Soeharto juga diwarnai oleh pembatasan kebebasan politik, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi yang meluas (Crouch, 2007).
Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada Mei 1998 di tengah krisis ekonomi dantuntutan reformasi. Kepemimpinan Soeharto sebagai Panglima TNI yang menjadi Presiden menjadi salah satu bab penting dalam sejarah politik dan militer Indonesia.
Peran militer dalam pemerintahan pada masa Orde Baru menjadi bahan kajian penting dalam berbagai literatur akademik dan dokumen resmi pemerintah, seperti yang diulas dalam buku “Suharto: A Political Biography” oleh R. E. Elson dan “The Army and Politics in Indonesia” oleh Harold Crouch.
Jenderal (Purn) Try Soetrisno
Jenderal Try Sutrisno adalah salah satu Panglima TNI yang kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Karier militernya dimulai sejak masa Revolusi Fisik dan terus menanjak hingga dipercaya menjadi Panglima ABRI (kini TNI) pada tahun 1988 hingga 1993.
Selama masa kepemimpinannya, Try Sutrisno dikenal sebagai sosok yang disiplin, tegas, dan loyal terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Kepemimpinan Try di tubuh militer juga diwarnai dengan peran penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional pada era yang penuh dinamika, termasuk dalam merespons berbagai gejolak sosial dan politik di penghujung Orde Baru (Try Sutrisno, 2010)
Setelah mengakhiri masa tugasnya sebagai Panglima ABRI, Try Sutrisno diangkat sebagai Wakil Presiden RI ke-6 pada periode 1993–1998, mendampingi Presiden Soeharto. Pemilihan Try sebagai Wakil Presiden mencerminkan kuatnya pengaruh militer dalam struktur pemerintahan Orde Baru, di mana figur militer dipercaya mampu menjaga stabilitas dan menjadi penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan nasional.
Dalam buku otobiografinya, Try Sutrisno menegaskan bahwa pengalaman dan jaringan militer sangat membantunya dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan, terutama dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi pada masa transisi menuju reformasi (Try Sutrisno, 2010; Liddle, 1996).
Berikut ini adalah daftar Presiden dan Wakil Presiden RI dari masa ke masa:
Daftar Presiden Republik Indonesia
1. Soekarno (1945–1967)
2. Soeharto (1967–1998)
3. B.J. Habibie (1998–1999)
4. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1999–2001)
5. Megawati Soekarnoputri (2001–2004)
6. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (2004–2014)
7. Joko Widodo (Jokowi) (2014–2024)
8. Prabowo Subianto (2024-2029)
Daftar Wakil Presiden Republik Indonesia
1. Mohammad Hatta (1945–1956)
2. Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973–1978)
3. Adam Malik (1978–1983)
4. Umar Wirahadikusumah (1983–1988)
5. Soedharmono (1988–1993)
6. Try Sutrisno (1993–1998)
7. B.J. Habibie (1998)
8. Megawati Soekarnoputri (1999–2001)
9. Hamzah Haz (2001–2004)
10.Jusuf Kalla (2004–2009, 2014–2019)
11. Boediono (2009–2014)
12. Ma’ruf Amin (2019–sekarang)
13. Gibran Rakabuming Raka (2024-2029)
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Penulis adalah jurnalis, membantu di Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap
Sumber:
- “Suharto: A Political Biography” oleh R. E. Elson
- “The Army and Politics in Indonesia” oleh Harold Crouch.
- Setneg.go.id (Sekretariat Negara RI)
- Ensiklopedia Tokoh Indonesia (tokoh.id)