UNIKMA, Cilacap – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 80 TNI 2025 dirayakan dengan meriah di berbagai daerah, dengan puncak seremonial di Jakarta, hari ini 5 Oktober 2025. Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memimpin langsung momen penting ini.
Bicara sejarah TNI, tentu tak lepas dari sejarah sejak zaman pra-kemerdekaan RI. Ada sejumlah sosok pimpinan tentara yang kemudian berjasa besar atau mewarnai sejarah perjuangan bangsa dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di antara nama-nama yang populer, Supriyadi (Soeprijadi), barangkali terdengar asing, samar atau nyaris tak terdengar. Padahal, dia adalah panglima tentara pertama (TKR atau TNI sekarang-red), sekaligus Menteri Pertahanan RI, yang ditunjuk Presiden Soekarno, walau gagal dilantik.
Berikut ini kisahnya.
Supriyadi, yang lahir di Trenggalek pada 13 April 1923, adalah sosok muda yang cerdas dan berpendidikan. Sebagai anak bangsawan, ia menempuh pendidikan di sekolah Belanda dan kemudian di sekolah calon pegawai pemerintah kolonial. Namun, pendudukan Jepang di Indonesia mengubah arah hidupnya, membawa Supriyadi untuk mengikuti pendidikan militer PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk Jepang.
Nama Supriyadi mulai dikenal luas ketika ia memimpin pemberontakan PETA di Blitar pada 14 Februari 1945, pemberontakan terbesar melawan Jepang pada masa itu. Pemberontakan ini dipicu oleh penderitaan para romusha dan perlakuan kejam tentara Jepang terhadap rakyat Indonesia, termasuk pemaksaan kerja paksa dan pelecehan terhadap perempuan.
Sebagai komandan peleton, Supriyadi dikenal berjiwa kepemimpinan, cerdas, dan disegani rekan-rekannya. Ia berhasil menghimpun dukungan mayoritas anggota batalion PETA Blitar untuk melakukan perlawanan bersenjata, meskipun sadar bahwa kekuatan mereka sangat terbatas dibanding pasukan Jepang.
Hilangnya Supriyadi
Pemberontakan PETA Blitar berakhir tragis. Jepang dengan cepat menumpas perlawanan tersebut. Supriyadi sendiri menghilang setelah peristiwa itu, dan hingga kini tidak pernah ditemukan jejaknya secara pasti. Ada yang meyakini ia tewas di lereng Gunung Kelud, ada pula yang percaya ia sempat bersembunyi, bahkan dikabarkan sampai ke Bayah, Banten.
Nasib Supriyadi menjadi salah satu misteri terbesar sejarah Indonesia. Tidak ada bukti kuat mengenai kematiannya. Berulang kali muncul orang-orang yang mengaku sebagai Supriyadi, namun tidak ada satu pun yang diakui keluarga maupun rekan seperjuangannya. Bahkan, ada yang menyebut ia sempat bertemu Soekarno setelah proklamasi, namun klaim ini diragukan banyak pihak.
Diangkat Menjadi Menteri, Namun Tak Pernah Menjabat
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Supriyadi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Keamanan Rakyat (Menteri Pertahanan) dan Panglima TKR (cikal bakal TNI) pada usia 22 tahun. Namun, karena ia tak pernah muncul, jabatan itu hanya formalitas.
Dalam sejarah resmi, Supriyadi tetap tercatat sebagai menteri dan panglima pertama, meski tidak pernah dilantik atau menjalankan tugas.
Karena ketidakhadiran Supriyadi, jabatan Menteri KeamananRakyat kemudian diisi oleh Muhammad Suliyoadikusumo dan jabatan Panglima TKR oleh Urip Sumohardjo, lalu Soedirman. Meski demikian, nama Supriyadi tetap dikenang sebagai simbol perlawanan dan keberanian anak muda Indonesia.
Pahlawan Nasional
Pada tahun 1975, Supriyadi secara anumerta diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soeharto. Monumen dan patung dirinya berdiri di Blitar dan Museum PETA, Bogor, sebagai penghormatan atas jasanya dalam perjuangan kemerdekaan.
Seiring waktu, muncul berbagai penyaru yang mengaku sebagai Supriyadi, termasuk seorang tabib tua bernama Andaryoko pada 2008. Namun, klaim-klaim ini selalu terbantahkan oleh keluarga dan saksi sejarah. Bahkan, beberapa sejarawan menilai fenomena ini sebagai bukti betapa besar pengaruh dan ketokohan Supriyadi dalam imajinasi bangsa.
Meski hidupnya berakhir misterius, Supriyadi tetap menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Keberaniannya melawan penindasan dan pengorbanannya untuk bangsa, meski tanpa pamrih dan tanpa sempat menikmati hasil perjuangannya, adalah teladan tentang arti kepahlawanan sejati: berjuang demi bangsa, meski harus hilang tanpa jejak.
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Jurnalis, membantu di Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap
Sumber:
- Wikipedia: Soeprijadi
- Ensiklopedia dan arsip sejarah Indonesia
- Detik.com, Kompas.com, Harian Sejarah, dan sumber-sumber sejarah lainnya terkait pemberontakan PETA dan kisah Supriyadi.