Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
Slide 3
Slide 2
KULIAH DI STMIK KOMPUTAMA MAJENANG
KULIAH GRATIS 100%

Dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kamu bisa kuliah gratis 100% dan juga bisa dapat uang saku tiap bulan

Slide 1
“LOCAL CAMPUS GLOBAL VALUES”
Slide
previous arrow
next arrow

Kisah Inspiratif Omar Yaghi, Pengungsi Palestina yang Raih Nobel 2025

Universitas Komputama – Omar Yaghi, ilmuwan kimia berdarah Palestina, berhasil meraih Nobel Kimia 2025 berkat […]

Omar Yaghi. (Foto: Christopher Michel/Wikimedia Commons)


Universitas Komputama – Omar Yaghi, ilmuwan kimia berdarah Palestina, berhasil meraih Nobel Kimia 2025 berkat penemuan dan pengembangan material kerangka metal organik (Metal-Organic Frameworks/MOF). Penghargaan bergengsi ini ia raih bersama dua ilmuwan lain, Susumu Kitagawa dari Jepang dan Richard Robson dari Australia.

Melansir Tempo, MOF merupakan material berpori yang dinilai sangat revolusioner karena mampu menyimpan dan memisahkan gas, serta berpotensi besar dalam upaya menangani perubahan iklim dan krisis lingkungan.

Merangkum Tirto dan sumber lainnya, Yaghi lahir dan tumbuh besar di kamp pengungsi Palestina di Amman, Yordania, dalam kondisi serba kekurangan. Ia merupakan anak dari keluarga dengan latar pendidikan rendah dan hidup di lingkungan padat serta minim fasilitas dasar.

Pada usia 15 tahun, Yaghi dikirim ayahnya ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan, meski awalnya ia harus berjuang sendiri dengan kemampuan bahasa Inggris yang terbatas.

Pendidikan tinggi ia tempuh mulai dari Hudson Valley Community College, kemudian University of New York di Albany, hingga meraih gelar doktor di University of Illinois Urbana-Champaign. Karier akademiknya terus menanjak hingga akhirnya menjadi profesor di University of California, Berkeley, serta memimpin berbagai lembaga riset terkemuka.

Penemuan MOF yang ia kembangkan telah mendapat pengakuan dunia dan digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi ilmiah dan industri.

Keberhasilan Omar Yaghi menuai banyak pujian, termasuk dari Raja Yordania Abdullah II yang mengungkapkan kebanggaan atas prestasi tersebut. Kisah hidup Yaghi menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama anak-anak pengungsi dan generasi muda di negara berkembang, membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkontribusi besar bagi dunia sains.

Kisah Omar Yaghi Mengungsi

Omar Yaghi lahir pada tahun 1965 di kamp pengungsi Palestina di Amman, Yordania. Ia berasal dari keluarga pengungsi yang melarikan diri akibat konflik di Palestina. Sejak kecil, Yaghi hidup dalam kondisi yang serba kekurangan.

Rumah keluarganya sangat sederhana, berada di atas toko daging milik ayahnya, tanpa listrik dan air bersih. Ia harus berbagi ruangan kecil dengan anggota keluarga lain dan bahkan ternak, sementara kedua orang tuanya memiliki latar pendidikan rendah—ayahnya hanya lulusan SD dan ibunya buta huruf.

Kehidupan sebagai pengungsi membentuk karakter Yaghi menjadi pribadi yang gigih dan pantang menyerah. Pengalaman hidup di tengah keterbatasan dan perjuangan sebagai imigran muda di Amerika menjadi fondasi penting dalam perjalanan ilmiahnya hingga akhirnya ia meraih berbagai penghargaan internasional, termasuk Nobel Kimia 2025. Kisahnya menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa lahir dari tempat-tempat yang penuh keterbatasan seperti kamp pengungsi.

Mendapat Kewarganegaraa Arab Saudi atas Kontribusinya

Diketahui juga memperoleh kewarganegaraan Arab Saudi. Pemberian kewarganegaraan ini merupakan bagian dari kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang memberikan status warga negara kepada tokoh-tokoh ilmuwan, peneliti, dan inovator internasional yang dinilai berkontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Langkah ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Arab Saudi, sekaligus menarik talenta global agar dapat berperan dalam kemajuan negara tersebut.

Yaghi sendiri memang dikenal aktif bekerja sama dengan berbagai institusi penelitian di kawasan Timur Tengah, termasuk Arab Saudi. Ia pernah menjabat sebagai penasihat dan pembimbing untuk sejumlah proyek riset di universitas-universitas terkemuka di negara tersebut, seperti King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).

Kiprahnya dalam dunia ilmiah dan dedikasinya dalam membina generasi muda ilmuwan di kawasan Arab menjadi salah satu alasan utama ia diberi penghargaan berupa kewarganegaraan.

Pemberian kewarganegaraan ini juga menjadi simbol pengakuan atas prestasi dan kontribusi Yaghi di tingkat internasional. Selain memperkuat hubungan ilmiah antara Yaghi dan Arab Saudi, kebijakan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak ilmuwan diaspora untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Timur Tengah.

Dengan status barunya sebagai warga negara Arab Saudi, Omar Yaghi kini memiliki peluang lebih luas untuk mengembangkan penelitian dan kolaborasi ilmiah lintas negara, khususnya di dunia Arab. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak ilmuwan muda di kawasan tersebut untuk terus berinovasi dan mengukir prestasi di tingkat dunia.

Omar Yaghi adalah ilmuwan kimia berdarah Palestina, lahir dan besar di kamp pengungsi di Amman, Yordania, dari orang tua pengungsi Palestina. Ia menjadi peraih Nobel Kimia 2025 bersama Susumu Kitagawa (Jepang) dan Richard Robson (Australia) atas penemuan dan pengembangan kerangka metal organik (MOF).

Masa Kecil dan Perjuangan

Yaghi lahir pada 1965, hidup dalam kondisi sangat sederhana di atas toko daging milik ayahnya. Rumah mereka tidak memiliki listrik atau air bersih. Orang tuanya berlatar pendidikan rendah; ayahnya hanya lulus SD, ibunya buta huruf.

Ia tumbuh di lingkungan padat, berbagi ruangan dengan banyak orang dan ternak. Pada usia 15 tahun, ayahnya mengirim Yaghi ke Amerika Serikat untuk belajar. Ia menetap sendiri di Troy, New York, dengan kemampuan bahasa Inggris yang terbatas.

Pendidikan dan Karier
  • Yaghi menempuh pendidikan di Hudson Valley Community College, lalu melanjutkan ke University of New York di Albany dan lulus cum laude pada 1985.
  • Ia menyambung ke jenjang doktoral di University of Illinois di Urbana-Champaign (1990), lalu menjalani postdoktoral di Harvard.
  • Karier akademiknya meliputi Arizona State University, University of Michigan, UCLA, dan akhirnya menjadi profesor di University of California, Berkeley.
  • Ia juga pernah menjadi direktur Molecular Foundry di Lawrence Berkeley National Laboratory dan mendirikan Berkeley Global Science Institute.
Penemuan dan Penghargaan
  • MOF (Metal-Organic Frameworks): Temuan Yaghi ini adalah material berpori yang bisa digunakan untuk menyimpan/memecah gas, menangkap karbon dioksida, menyimpan air dari udara gurun, hingga mengkatalisis reaksi kimia. Material ini diibaratkan seperti “tas tangan Hermione di Harry Potter” karena bisa menyimpan banyak gas dalam volume kecil.
  • Penemuan ini dinilai sangat penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan lingkungan global.
  • Yaghi telah menerima banyak penghargaan internasional, di antaranya:
    • Anggota National Academy of Science (2019)
    • Von Hippel Award (2025)
    • Tang Prize (2024)
    • VinFuture Prize (2021)
    • Wolf Prize (2018)
    • Penghargaan dari Royal Society of Chemistry, Fritz Haber Institute, dan banyak lagi.
Filosofi dan Inspirasi
  • Yaghi menekankan bahwa “sains adalah kekuatan penyeimbang terbesar di dunia” dan bahwa bakat serta kecerdasan bisa ditemukan di mana saja, termasuk di kamp pengungsi.
  • Ia dikenal sangat suka bekerja di laboratorium dan membimbing generasi muda ilmuwan di seluruh dunia.
  • Pengakuan Dunia
    • Raja Yordania Abdullah II turut memberikan selamat dan menyatakan kebanggaan atas prestasi Yaghi.
    • Ia menjadi inspirasi, terutama bagi anak-anak pengungsi dan generasi muda di dunia Islam serta negara-negara berkembang.

    *Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
    **Penulis adalah Tim Humas Universitas Komputama, Cilacap, Jawa Tengah 

    Sumber:
    • Tirto.id – Kisah Omar Yaghi, Pengungsi Palestina Peraih Nobel Kimia 2025
    • Tempo.co – Omar Yaghi: Pengungsi Palestina Pemenang Hadiah Nobel Kimia 2025

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *