Kehidupan sebagai pengungsi membentuk karakter Yaghi menjadi pribadi yang gigih dan pantang menyerah. Pengalaman hidup di tengah keterbatasan dan perjuangan sebagai imigran muda di Amerika menjadi fondasi penting dalam perjalanan ilmiahnya hingga akhirnya ia meraih berbagai penghargaan internasional, termasuk Nobel Kimia 2025. Kisahnya menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa lahir dari tempat-tempat yang penuh keterbatasan seperti kamp pengungsi.
Diketahui juga memperoleh kewarganegaraan Arab Saudi. Pemberian kewarganegaraan ini merupakan bagian dari kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang memberikan status warga negara kepada tokoh-tokoh ilmuwan, peneliti, dan inovator internasional yang dinilai berkontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Langkah ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Arab Saudi, sekaligus menarik talenta global agar dapat berperan dalam kemajuan negara tersebut.
Yaghi sendiri memang dikenal aktif bekerja sama dengan berbagai institusi penelitian di kawasan Timur Tengah, termasuk Arab Saudi. Ia pernah menjabat sebagai penasihat dan pembimbing untuk sejumlah proyek riset di universitas-universitas terkemuka di negara tersebut, seperti King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).
Kiprahnya dalam dunia ilmiah dan dedikasinya dalam membina generasi muda ilmuwan di kawasan Arab menjadi salah satu alasan utama ia diberi penghargaan berupa kewarganegaraan.
Pemberian kewarganegaraan ini juga menjadi simbol pengakuan atas prestasi dan kontribusi Yaghi di tingkat internasional. Selain memperkuat hubungan ilmiah antara Yaghi dan Arab Saudi, kebijakan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak ilmuwan diaspora untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Timur Tengah.
Dengan status barunya sebagai warga negara Arab Saudi, Omar Yaghi kini memiliki peluang lebih luas untuk mengembangkan penelitian dan kolaborasi ilmiah lintas negara, khususnya di dunia Arab. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak ilmuwan muda di kawasan tersebut untuk terus berinovasi dan mengukir prestasi di tingkat dunia.
Omar Yaghi adalah ilmuwan kimia berdarah Palestina, lahir dan besar di kamp pengungsi di Amman, Yordania, dari orang tua pengungsi Palestina. Ia menjadi peraih Nobel Kimia 2025 bersama Susumu Kitagawa (Jepang) dan Richard Robson (Australia) atas penemuan dan pengembangan kerangka metal organik (MOF).
Masa Kecil dan Perjuangan
Yaghi lahir pada 1965, hidup dalam kondisi sangat sederhana di atas toko daging milik ayahnya. Rumah mereka tidak memiliki listrik atau air bersih. Orang tuanya berlatar pendidikan rendah; ayahnya hanya lulus SD, ibunya buta huruf.
Ia tumbuh di lingkungan padat, berbagi ruangan dengan banyak orang dan ternak. Pada usia 15 tahun, ayahnya mengirim Yaghi ke Amerika Serikat untuk belajar. Ia menetap sendiri di Troy, New York, dengan kemampuan bahasa Inggris yang terbatas.
Pendidikan dan Karier
- Yaghi menempuh pendidikan di Hudson Valley Community College, lalu melanjutkan ke University of New York di Albany dan lulus cum laude pada 1985.
- Ia menyambung ke jenjang doktoral di University of Illinois di Urbana-Champaign (1990), lalu menjalani postdoktoral di Harvard.
- Karier akademiknya meliputi Arizona State University, University of Michigan, UCLA, dan akhirnya menjadi profesor di University of California, Berkeley.
- Ia juga pernah menjadi direktur Molecular Foundry di Lawrence Berkeley National Laboratory dan mendirikan Berkeley Global Science Institute.
Penemuan dan Penghargaan
- MOF (Metal-Organic Frameworks): Temuan Yaghi ini adalah material berpori yang bisa digunakan untuk menyimpan/memecah gas, menangkap karbon dioksida, menyimpan air dari udara gurun, hingga mengkatalisis reaksi kimia. Material ini diibaratkan seperti “tas tangan Hermione di Harry Potter” karena bisa menyimpan banyak gas dalam volume kecil.
- Penemuan ini dinilai sangat penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan lingkungan global.
- Yaghi telah menerima banyak penghargaan internasional, di antaranya:
- Anggota National Academy of Science (2019)
- Von Hippel Award (2025)
- Tang Prize (2024)
- VinFuture Prize (2021)
- Wolf Prize (2018)
- Penghargaan dari Royal Society of Chemistry, Fritz Haber Institute, dan banyak lagi.
Filosofi dan Inspirasi
Yaghi menekankan bahwa “sains adalah kekuatan penyeimbang terbesar di dunia” dan bahwa bakat serta kecerdasan bisa ditemukan di mana saja, termasuk di kamp pengungsi.
Ia dikenal sangat suka bekerja di laboratorium dan membimbing generasi muda ilmuwan di seluruh dunia.
Pengakuan Dunia
- Raja Yordania Abdullah II turut memberikan selamat dan menyatakan kebanggaan atas prestasi Yaghi.
- Ia menjadi inspirasi, terutama bagi anak-anak pengungsi dan generasi muda di dunia Islam serta negara-negara berkembang.
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Penulis adalah Tim Humas Universitas Komputama, Cilacap, Jawa Tengah
Sumber:
- Tirto.id – Kisah Omar Yaghi, Pengungsi Palestina Peraih Nobel Kimia 2025
- Tempo.co – Omar Yaghi: Pengungsi Palestina Pemenang Hadiah Nobel Kimia 2025