Studi ke Timur Tengah
Setelah menimba ilmu di pesantren, Gus Dur berangkat ke Mesir untuk belajar di Universitas Al-Azhar. Namun, ia merasa sistem pendidikan di sana kurang sesuai dengan gaya belajarnya yang kritis dan penuh rasa ingin tahu. Akhirnya, ia banyak menghabiskan waktu membaca buku di perpustakaan, terutama karya-karya filsafat, sastra, hingga politik. Minatnya yang luas membuat wawasan Gus Dur semakin kaya.
Tak lama kemudian, ia pindah ke Irak untuk melanjutkan studi di Universitas Baghdad. Di kota itu, ia berinteraksi dengan banyak pemikir, sekaligus menyerap beragam pandangan tentang demokrasi, sosialisme, dan gerakan Islam internasional. Pengalaman ini memperkuat pemikirannya yang inklusif dan terbuka terhadap perbedaan.
Kembali ke Indonesia dan Kiprah Intelektual
Sekembalinya ke tanah air, Gus Dur aktif menulis esai, artikel, dan opini di berbagai media. Tulisan-tulisannya dikenal kritis, tajam, sekaligus penuh humor. Ia juga aktif mengajar, berdiskusi, serta membangun jejaring dengan berbagai kalangan—baik dari pesantren, kampus, maupun komunitas lintas agama.
Keberanian dan kecerdasannya membuat Gus Dur dipercaya memimpin Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU. Dari sana, pemikirannya makin menonjol, terutama soal demokratisasi, pluralisme, dan keadilan sosial.