Home » article » Jarang Disadari, Kita sedang Dijajah lagi Melalui Teknologi

Jarang Disadari, Kita sedang Dijajah lagi Melalui Teknologi

Kemerdekaan Indonesia yang diraih pada 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan panjang melawan penjajahan fisik. […]

Kemerdekaan Indonesia yang diraih pada 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan panjang melawan penjajahan fisik. Namun, di era digital saat ini, ada bentuk penjajahan baru yang tak kasatmata, yaitu melalui teknologi.

Jika dulu bangsa ini dijajah dengan senjata dan politik, kini bangsa kita sedang “dijajah” lewat arus teknologi global yang mengendalikan pola pikir, perilaku, bahkan ekonomi masyarakat.

1. Dari Senjata ke Smartphone

Jika dulu penjajahan dilakukan dengan peluru, kini penjajahan hadir lewat layar ponsel yang selalu kita genggam. Setiap detik, kita disuguhi informasi, hiburan, dan tren dari luar yang secara perlahan memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.

Banyak orang lebih mengenal budaya asing daripada budaya bangsa sendiri, lebih bangga menggunakan aplikasi asing daripada produk digital karya anak bangsa. Inilah bentuk penjajahan baru yang lebih halus, menguasai pikiran sebelum menguasai sumber daya.

2. Ekonomi Digital yang Tidak Merata

Teknologi memang membuka peluang, tapi ironisnya, sebagian besar keuntungan justru mengalir ke perusahaan asing. Dari media sosial, marketplace, hingga aplikasi transportasi, banyak di antaranya bukan buatan lokal.

Kita menjadi pasar raksasa yang hanya “konsumtif”, sementara data pribadi kita menjadi “emas baru” yang diperdagangkan untuk kepentingan bisnis global. Bukankah ini sama dengan penjajahan ekonomi versi modern?

3. Data sebagai Senjata Baru

Di era digital, siapa yang menguasai data, dialah yang menguasai dunia. Sayangnya, data jutaan masyarakat Indonesia tersimpan di server luar negeri. Jejak digital kita dipantau, dianalisis, lalu dipakai untuk memengaruhi perilaku konsumsi, bahkan pilihan politik.

Tanpa sadar, kedaulatan bangsa terkikis sedikit demi sedikit karena kita tidak benar-benar menguasai aset paling berharga di era sekarang, yaitu data.

4. Budaya dan Gaya Hidup yang Tergeser

Kolonialisasi modern juga tampak dari pergeseran budaya. Konten hiburan dari luar negeri jauh lebih populer daripada karya lokal. Generasi muda lebih hafal artis Korea daripada pahlawan nasional.

Bahkan, bahasa gaul asing lebih sering dipakai dibanding bahasa Indonesia yang seharusnya kita banggakan. Bila hal ini terus dibiarkan, kemerdekaan budaya bisa terancam hilang.

5. Menyikapi dengan Bijak

Apakah ini berarti kita harus menolak teknologi? Tentu tidak. Justru bangsa Indonesia harus lebih cerdas menghadapinya. Kemerdekaan di era digital bukan lagi soal mengusir penjajah bersenjata, tetapi bagaimana kita mampu menguasai teknologi, bukan dikuasai olehnya. Caranya dengan:

  • Mengutamakan penggunaan produk digital lokal.
  • Mengembangkan ekosistem teknologi dalam negeri.
  • Mendidik masyarakat agar melek digital dan kritis terhadap informasi.
  • Melindungi data pribadi dengan regulasi yang ketat.
  • Menumbuhkan rasa bangga pada karya anak bangsa.

6. Kemerdekaan yang Sebenarnya

Kemerdekaan sejati di era digital adalah ketika bangsa ini mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam dunia teknologi. Kita tidak sekadar menjadi pengguna, tetapi juga pencipta. Kita tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain global. Hanya dengan begitu, semangat kemerdekaan 1945 bisa benar-benar hidup dalam wajah Indonesia modern.

Jangan sampai bangsa yang sudah merdeka secara fisik ini kembali dijajah secara digital. Kemerdekaan yang diwariskan para pahlawan harus kita jaga, bukan hanya dengan mengibarkan bendera, tetapi juga dengan menguasai teknologi agar Indonesia benar-benar merdeka lahir batin di era globalisasi.

Mau belajar teknologi khususnya di bidang komputer dan informasi, belajar di STMIK Komputama Majenang adalah SOLUSI. Dengan menguasai teknologi kita bisa mengusir penjajah untuk yang kedua kali di era saat ini.

*Penulis adalah Seorang Dosen Pendidikan Matematika STMIK Komputama Majenang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

STMIK komputama Majenang