Hari Aksara Dunia: 750 Juta Orang Dewasa Belum Bisa Baca Tulis, Kenapa?


Stmikkomputama.ac.id – Dunia kembali memperingati Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day yang jatuh setiap tanggal 8 September. Peringatan ini ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1967 sebagai bentuk kepedulian global terhadap pentingnya kemampuan baca tulis bagi pembangunan manusia.

Di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar serangkaian kegiatan di berbagai daerah dengan tema “Literasi untuk Inklusi dan Pembangunan Berkelanjutan”. Tema ini menekankan bahwa kemampuan literasi tidak hanya soal baca tulis, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, digital, finansial, hingga literasi lingkungan yang dibutuhkan di era modern.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dalam sambutannya menegaskan bahwa literasi merupakan fondasi penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Kemampuan literasi adalah pintu gerbang menuju pengetahuan, keterampilan, dan kesempatan yang lebih luas. Masyarakat yang melek literasi akan lebih siap menghadapi tantangan global,” ujarnya.

750 Juta Orang Dewasa Buta Huruf

Data UNESCO menyebutkan, masih terdapat sekitar 750 juta orang dewasa di dunia yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis, dengan dua pertiga di antaranya adalah perempuan. Di Indonesia sendiri, angka buta aksara terus menurun signifikan, dari 15,4% pada tahun 1971 menjadi sekitar 1,32% pada 2024. Meski begitu, tantangan literasi fungsional dan digital masih menjadi pekerjaan rumah.

Dalam rangkaian peringatan, sejumlah daerah menyelenggarakan pameran buku, lokakarya literasi digital, hingga lomba menulis bagi pelajar. Di beberapa desa, program Kampung Literasi turut dihadirkan untuk mendekatkan akses bahan bacaan kepada masyarakat.

Hari Aksara Internasional tahun ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat komitmen semua pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, maupun masyarakat, agar terus meningkatkan budaya baca dan menulis. Dengan begitu, literasi tidak hanya dipahami sebagai keterampilan dasar, tetapi juga sebagai jalan menuju kehidupan yang lebih sejahtera dan berdaya saing.

*Penulis MH Somaida, Dosen Prodi Sistem Informasi STMIK Komputama Majenang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *