Universitas Komputama – Pada malam 7 Oktober 2025, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan fenomena langka bernama Harvest Moon, yang sekaligus merupakan supermoon pertama di tahun ini. Puncak bulan purnama terjadi pada pukul 10.48 WIB, namun keindahannya tetap dapat dinikmati sepanjang malam.
Uniknya, Harvest Moon biasanya terjadi pada bulan September, namun pada tahun 2025 fenomena ini bergeser ke Oktober karena perbedaan jarak waktu antara purnama dan titik ekuinoks musim gugur di belahan bumi utara. Pergeseran ini menjadikan Harvest Moon 2025 sebagai fenomena astronomi yang jarang terjadi.
Menurut catatan astronomi, antara tahun 1970 hingga 2050 hanya terjadi 18 kali Harvest Moon di bulan Oktober, dengan jeda kemunculan rata-rata tiga tahun. Nama Harvest Moon sendiri berasal dari tradisi agraris di Amerika Utara, di mana petani memanfaatkan cahaya bulan purnama untuk memanen hasil bumi pada malam hari.
Fenomena langka ini terjadi akibat posisi orbit Bulan terhadap Bumi dan Matahari yang berubah setiap tahunnya, sehingga waktu kemunculan Harvest Moon bisa bergeser dan menjadi momen istimewa bagi para pengamat langit.
Apa Kaitan Harvest Moon dengan Ayyamul Bidh dalam Tradisi Islam?
Harvest Moon yang terjadi pada 7 Oktober 2025 memiliki kaitan dengan Ayyamul Bidh dalam tradisi Islam, khususnya pada kalender Hijriah tahun 1447 H. Ayyamul Bidh adalah istilah dalam Islam untuk menyebut tiga hari di pertengahan bulan Hijriah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15, di mana pada malam-malam tersebut bulan berada dalam fase purnama (bulan penuh).
Pada bulan Rabiul Akhir 1447 H, tanggal 15 jatuh bertepatan dengan 7 Oktober 2025, sehingga malam purnama atau Harvest Moon kali ini juga merupakan malam Ayyamul Bidh.
Dalam tradisi Islam, umat Muslim dianjurkan untuk berpuasa sunnah pada hari-hari Ayyamul Bidh sebagai salah satu amalan yang memiliki keutamaan. Fenomena Harvest Moon yang bertepatan dengan Ayyamul Bidh ini menjadi momen istimewa karena secara astronomi dan keagamaan, umat Islam dapat menyaksikan keindahan bulan purnama sekaligus menjalankan ibadah puasa sunnah.
Hal ini menunjukkan bagaimana kalender lunar Islam selaras dengan fenomena alam, di mana penentuan waktu-waktu ibadah sering kali berkaitan erat dengan siklus peredaran bulan.
Apa Itu Harvest Moon?
Harvest Moon adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bulan purnama yang paling dekat dengan waktu ekuinoks musim gugur (autumnal equinox) di belahan bumi utara. Biasanya, Harvest Moon terjadi pada bulan September, namun dalam beberapa tahun bisa bergeser ke Oktober, tergantung pada siklus orbit Bulan dan posisi Bumi terhadap Matahari.
Secara tradisional, nama “Harvest Moon” berasal dari kebiasaan para petani di Eropa dan Amerika Utara yang memanfaatkan cahaya terang bulan purnama ini untuk memanen hasil pertanian pada malam hari, karenawaktu malam hari menjadi lebih terang dan lebih lama.
Ciri khas Harvest Moon adalah terbitnya Bulan lebih awal dari biasanya selama beberapa malam berturut-turut, sehingga malam-malam di sekitar puncak purnama tampak lebih terang dan panjang. Fenomena ini tidak hanya menarik secara astronomi, tetapi juga memiliki nilai historis dan budaya bagi masyarakat agraris di berbagai belahan dunia.
Apa itu Ayyamul Bidh?
Ayyamul Bidh adalah istilah dalam tradisi Islam yang merujuk pada tiga hari di pertengahan setiap bulan dalam kalender Hijriah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15. Pada hari-hari ini, bulan berada pada fase purnama atau mendekati purnama, sehingga malam-malamnya tampak terang dan bercahaya putih—karena itu disebut “Bidh” yang berarti “putih” dalam bahasa Arab.
Ayyamul Bidh memiliki keutamaan tersendiri dalam ajaran Islam. Umat Muslim dianjurkan untuk berpuasa sunnah pada hari-hari tersebut, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Puasa Ayyamul Bidh dipercaya memiliki pahala yang besar, bahkan dalam beberapa hadis disebutkan pahalanya seperti berpuasa sepanjang tahun jika dilakukan secara rutin setiap bulannya.
Selain sebagai amalan spiritual, Ayyamul Bidh juga menjadi penanda keterkaitan kalender Islam dengan fenomena astronomi, karena penentuan waktunya didasarkan pada siklus peredaran bulan.
Pengertian, Niat dan Tata Cara Puasa Ayyamul Bidh
1. Pengertian Puasa Ayyamul Bidh
Merujuk Buku Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, Bab Puasa Sunnah Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender Hijriah, saat bulan berada dalam fase purnama (bulan penuh).
Kata “Ayyamul Bidh” secara harfiah berarti “hari-hari putih”, merujuk pada malam-malam yang terang karena cahaya bulan purnama.
2. Dalil Puasa Ayyamul Bidh
Hadis Riwayat Abu Hurairah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلاَثٍ: صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kekasihku (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur.”
(HR. Bukhari no. 1178, Muslim no. 721)
Hadis Riwayat Ibnu Majah dan An-Nasa’i
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبِضْعِ عَشْرَةَ، فَقَالَ: ” إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا “
Artinya: Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata: “Kami duduk bersama Nabi SAW pada malam tanggal 14 (Ayyamul Bidh), beliau bersabda: ‘Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti kalian melihat bulan ini, kalian tidak akan ragu dalam melihat-Nya…’” (HR. Bukhari no. 554, Muslim no. 633)
3. Niat dan TataCara Puasa Ayyamul Bidh
Niat
Bisa diucapkan dalam hati sejak malam hari atau sebelum terbit fajar, misal:
نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ayyamil bidh sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidh, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Pelaksanaan:
- Berpuasa pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah.
- Waktu puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, sebagaimana puasa pada umumnya.
- Boleh dilakukan satu, dua, atau tiga hari, namun lebih utama jika dilakukan ketiganya secara berurutan.
Demikian, semoga bermanfaat. Wallahua’lam.
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Penulis adalah jurnalis, membantu di Universitas Komputama, Cilacap, Jawa Tengah
Sumber:
- Kompas.com-https://www.kompas.com/tren/read/2025/10/07/080000865/bulan-purnama-7-oktober-2025-termasuk-fenomena-langka-kok-bisa
- Buku Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq