Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
previous arrow
next arrow

Dari Tradisi Kuno ke Panggung Dunia, Apa Itu Pacu Jalur? Simak Asal Usul dan Sejarahnya

Stmikkomputama.ac.id – Festival Pacu Jalur mencuri perhatian masyarakat global usai tren ‘aura farming’ bocah penari […]

Anak-anak beraksi di Festival Pacu Jalur – Wonderful Image.kemenparekraf.go.id


Stmikkomputama.ac.id – Festival Pacu Jalur mencuri perhatian masyarakat global usai tren ‘aura farming’ bocah penari di ujung perahu dengan gerakan-gerakan tertentu nan energik. Aksi para pemandu jalur ini lantas viral usai ditiru oleh para pesohor dunia.

Di antara para selebritis dunia itu ada yang berlatar belakang penyanyi, pembalap, bintang film, hingga masyarakat biasa. Salah satunya adalah Melly Mike, seorang rapper terkenal.

Di balik popularitas tren tersebut, Pacu Jalur sebenarnya merupakan tradisi kuno yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Tradisi ini bukan hanya lomba, tapi juga mencerminkan nilai-nilai kolektivitas, kehormatan antar kampung, serta unsur spiritual yang kuat dalam kehidupan masyarakatnya.

Apa Itu Pacu Jalur?

Melansir kemenpora.go.id, Senin (15/8/2025), Pacu Jalur adalah perlombaan perahu panjang yang diadakan setiap tahun di Sungai Kuantan. Lebih dari sekadar olahraga tradisional, acara ini adalah panggung budaya dan simbol solidaritas warga antar desa. Sejak tahun 2014, Pacu Jalur telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Asal Usul Pacu Jalur

Perlombaan Pacu Jalur di Sungai Indragiri, tahun 1927 (foto diunggah-ulang dari koleksi digital The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) – wikimediacommons

Sejarah Pacu Jalur bermula pada abad ke-17, ketika perahu jalur digunakan sebagai alat transportasi utama oleh masyarakat desa di wilayah Rantau Kuantan, yang membentang dari Kecamatan Hulu Kuantan di hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir Sungai Kuantan.

Pada masa itu, jalur menjadi sarana penting karena belum berkembangnya transportasi darat. Perahu ini berfungsi mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu, serta mampu membawa 40 hingga 60 orang sekaligus.

Seiring waktu, mulai bermunculan jalur-jalur yang dihias dengan ukiran artistik seperti kepala ular, buaya, atau harimau pada bagian lambung dan selembayung. Hiasan tersebut dilengkapi dengan atribut khas seperti payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), hingga lambai-lambai tempat juru mudi berdiri.

Dengan berjalannya waktu aktivitas ini pun berubah menjadi ajang lomba antar kampung yang digelar saat perayaan adat dan hari besar keagamaan.

Pada masa kolonial Belanda, Pacu Jalur bahkan dijadikan bagian dari perayaan ulang tahun Ratu Belanda. Setelah Indonesia merdeka, perlombaan ini dijadwalkan setiap Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI.

Menurut dokumen “Pacu Jalur dan Upacara Perlengkapannya” dari Repositori Kemendikbud, tradisi ini berawal dari kebutuhan masyarakat akan transportasi sungai, lalu berkembang menjadi ajang adu kekuatan, sportivitas, dan kebanggaan kampung.

Nilai Filosofis dan Spiritualitas

Lebih dari sekadar kompetisi kecepatan, Pacu Jalur sarat makna adat danfilosofi. Proses pembuatan perahu dimulai dengan memilih kayu dari hutan yang dilakukan melalui ritual adat. Tokoh kampung memimpin proses ini, memperlihatkan betapa dalamnya nilai spiritual yang terlibat.

Sebelum perlombaan ada ritual “buka jalur”, upacara pembersihan dan doa agar perahu dan awaknya dilindungi dari hal-hal buruk. Tokoh adat memimpin prosesi ini, memohon keselamatan dan keberuntungan.

Dalam satu perahu jalur, terdapat berbagai peran penting: komando jalur, juru mudi, tukang gelek (penabuh irama), dan penari jalur, yang biasanya adalah anak-anak. Kehadiran para penari ini diyakini memberi semangat, keharmonisan, dan kekuatan spiritual bagi seluruh tim.

Pacu Jalur di Masa Kini

Pacu jalur – kemenpar.go.id 2

Festival Pacu Jalur kini menjadi perhelatan budaya tahunan berskala besar. Diselenggarakan di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, acara ini diikuti puluhan hingga ratusan tim jalur dari berbagai desa. Sistem perlombaan berlangsung secara gugur dan selalu menarik ribuan penonton setiap tahun.

Menurut Digital Kuansing, perahu jalur bisa mencapai panjang 40 meter dan diisi oleh hingga 60 awak. Jalur dihias dengan ornamen-ornamen mencolok seperti kepala naga, payung kuning, dan umbul-umbul yang menjadi simbol kekuatan dan identitas masing-masing kampung.

Selain perlombaan, festival ini juga menampilkan pertunjukan seni, bazar UMKM lokal, serta panggung budaya. Dalam direktori Budaya Kita Kemendikbud, Pacu Jalur disebut sebagai tradisi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkuat peran budaya dalam kehidupan masyarakat.

Dari Tradisi Lokal ke Panggung Global

Pacu Jalur adalah bukti nyata bahwa warisan budaya bisa bertahan dan bahkan berkembang di tengah arus zaman. Dengan semangat kebersamaan, nilai spiritual, dan kekuatan budaya yang tetap dijaga, tradisi ini terus melaju. Bukan hanya di Sungai Kuantan, tapi juga di panggung budaya dunia.

Source:

  • Kemenpora.go.id
  • Kemenparekraf.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

content-2011

Mix Parlay


yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

Togel Online Resmi

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

news

slot mahjong ways

judi bola online

yakinjp

yakinjp

3001

3002

3003

3004

3005

3006

3007

3008

3009

3010

3096

3097

3098

3099

3100

3101

3102

3103

3104

3105

4000

4001

4002

4003

4004

4005

4006

4007

4008

4009

4010

4011

4012

4013

4014

4015

4016

4017

4018

4019

3026

3027

3028

3029

3030

3031

3032

3033

3034

3035

3106

3107

3108

3109

3110

3111

3112

3113

3114

3115

4020

4021

4022

4023

4024

4025

4026

4027

4028

4029

4030

4031

4032

4033

4034

4035

4036

4037

4038

4039

3036

3037

3038

3039

3040

3041

3042

3043

3044

3045

3116

3117

3118

3119

3120

3121

3122

3123

3124

3125

4040

4041

4042

4043

4044

4045

4046

4047

4048

4049

4050

4051

4052

4053

4054

4055

4056

4057

4058

4059

3126

3127

3128

3129

3130

3131

3132

3133

3134

3135

3056

3057

3058

3059

3060

3061

3062

3063

3064

3065

3136

3137

3138

3139

3140

3141

3142

3143

3144

3145

4060

4061

4062

4063

4064

4065

4066

4067

4068

4069

4070

4071

4072

4073

4074

4075

4076

4077

4078

4079

3071

3072

3073

3074

3075

3136

3137

3138

3139

3140

3141

3142

3143

3144

3145

4080

4081

4082

4083

4084

4085

4086

4087

4088

4089

4090

4091

4092

4093

4094

4095

4096

4097

4098

4099

3076

3077

3078

3079

3080

3081

3082

3083

3084

3085

4100

4101

4102

4103

4104

4105

4106

4107

4108

4109

4110

4111

4112

4113

4114

4115

4116

4117

4118

4119

3086

3087

3088

3089

3090

3091

3092

3093

3094

3095

4120

4121

4122

4123

4124

4125

4126

4127

4128

4129

4130

4131

4132

4133

4134

4135

4136

4137

4138

4139

content-2011