Stmikkomputama.ac.id – Di tengah persaingan produk digital yang semakin ketat, banyak aplikasi dan situs web canggih harus tumbang bukan karena teknologinya yang lemah, melainkan karena satu faktor krusial yang sering diabaikan: pengalaman pengguna atau User Experience (UX). Kegagalan memahami kebutuhan dan kenyamanan pengguna inilah yang menjadi pembeda antara produk yang dicintai dan yang ditinggalkan.
Kini, UX telah bertransformasi dari sekadar elemen “tambahan” menjadi jantung dari strategi pengembangan produk digital. Relevansinya tidak hanya dirasakan oleh pengguna, tetapi juga memberikan dampak langsung pada kesehatan bisnis.
Motivasi Utama: Berpusat pada Manusia
Motivasi fundamental di balik UX adalah empati. Sebuah produk digital pada dasarnya diciptakan untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan manusia. Namun, secanggih apa pun sebuah fitur, ia akan sia-sia jika pengguna merasa frustrasi, bingung, atau kesulitan saat menggunakannya.
Aplikasi atau website sering gagal karena alasan klasik yang berakar pada UX yang buruk:
- Navigasi yang Rumit: Pengguna tersesat saat mencari fitur penting.
- Alur yang Tidak Intuitif: Langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas (misalnya, proses checkout) terlalu panjang dan membingungkan.
- Tampilan yang Berantakan: Informasi penting tertutup oleh elemen visual yang tidak perlu.
- Waktu Muat yang Lambat: Pengguna tidak sabar menunggu dan memilih untuk meninggalkan aplikasi.
“Teknologi hanyalah alat,” ujar Rina Amelia, seorang praktisi UX dari sebuah perusahaan teknologi terkemuka. “Fokus utama UX adalah memastikan alat tersebut benar-benar bisa digunakan dengan mudah, efisien, dan menyenangkan. Jika pengguna merasa pintar dan berdaya saat menggunakan produk kita, maka kita berhasil.”
Relevansi di Dunia Bisnis: Dari Kepuasan hingga Loyalitas
Di pasar yang kompetitif, UX adalah penentu utama keberhasilan sebuah produk. Relevansinya dapat diukur secara langsung melalui metrik-metrik bisnis yang vital.
- Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas: Pengalaman yang mulus dan intuitif membuat pengguna puas. Sebuah studi dalam Journal of Retailing and Consumer Services (Jurnal Q1) menemukan bahwa kualitas UX, terutama kemudahan penggunaan (ease of use) dan daya tarik visual (visual appeal), memiliki pengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang dan loyalitas pelanggan pada platform e-commerce (Li, H., & Fang, Y., 2023).
- Meningkatkan Konversi dan Pendapatan: Desain UX yang efektif dapat memandu pengguna untuk mencapai tujuan bisnis. Penelitian di jurnal Information & Management (Jurnal Q1) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa pengurangan “gesekan” atau hambatan dalam perjalanan pengguna (user journey) secara langsung berkorelasi dengan peningkatan tingkat konversi hingga 25% di berbagai layanan digital (Kumar, V., & Sharma, A., 2022).
- Mengurangi Biaya Pengembangan: Investasi pada riset dan desain UX di awal dapat mencegah perombakan besar yang mahal di kemudian hari. Mengidentifikasi masalah pengguna sebelum produk dikembangkan jauh lebih efisien daripada memperbaikinya setelah diluncurkan.
ProfesiPaling Dicari: Kebangkitan UX Designer
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya UX, permintaan akan talenta di bidang ini pun meroket. UX Designer saat ini menjadi salah satu profesi yang paling dibutuhkan di industri teknologi, baik di perusahaan raksasa maupun di lingkungan startup yang dinamis.
Sebuah analisis pasar kerja yang diterbitkan dalam International Journal of Human–Computer Interaction (Jurnal Q1) pada tahun 2024 menyoroti bahwa peran yang terkait dengan UX menunjukkan pertumbuhan tercepat di sektor TI, melampaui peran pengembangan perangkat lunak tradisional. Laporan tersebut menyatakan, “Perusahaan kini menyadari bahwa keunggulan kompetitif tidak lagi hanya terletak pada kekuatan teknologi, tetapi pada kualitas pengalaman yang ditawarkan kepada pengguna” (Schmidt, K., & Kowalski, R., 2024).
Di Indonesia sendiri, gelombang transformasi digital di berbagai sektor telah menciptakan “perburuan” talenta UX yang masif. Perusahaan kini sadar bahwa investasi pada tim UX adalah investasi langsung pada kesuksesan produk dan keberlanjutan bisnis. Mereka tidak lagi mencari sekadar programmer, tetapi juga para ahli yang mampu menjembatani teknologi dengan kebutuhan nyata manusia.
Pada akhirnya, di era di mana pengguna memegang kendali penuh untuk memilih, pengalaman yang mereka rasakan menjadi mata uang yang paling berharga. Produk yang memenangkan hati penggunalah yang akan memenangkan pasar.
*Muhtyas Yugi, S.Kom, penulis adalah staf di STMIK Komputama Cilacap
Referensi
- Kumar, V., & Sharma, A. (2022). The role of frictionless user journeys in digital service conversion rates. Information & Management, 59(1), 103581.
- Li, H., & Fang, Y. (2023). The impact of user experience on customer loyalty in e-commerce: A multi-dimensional approach. Journal of Retailing and Consumer Services, 72, 103254.
- Schmidt, K., & Kowalski, R. (2024). Trends in technology job markets: The rise of human-centered design roles. International Journal of Human–Computer Interaction, 40(5), 891-905.