Unikma.ac.id – Bencana tanah longsor melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, usai hujan deras mengguyur wilayah itu pada Kamis malam (13/11/2025). Dampak longsor begitu besar karena material tanah yang turun dari tebing menimbun rumah-rumah warga.
Pada hari pertama kejadian, dua orang ditemukan meninggal dunia. Selanjutna, hingga Sabtu sore, tim SAR gabungan berhasil menemukan 8 jenazah, sehingga total korban meninggal mencapai 11 orang.
Dilaporkan, sebanyak 12 orang lainnya dilaporkan hilang dan kini masih dalam pencarian. Diperkirakan sebagian besar tertimbun material longsor dengan kedalaman yang cukup tinggi. Kondisi lokasi yang curam dan labil membuat upaya evakuasi berlangsung sangat hati-hati dan penuh perhitungan.
Tim SAR gabungan sendiri kini telah mengerahkan semua peralatan dan perlengkapan dengan optimal. Di antara, alat berat dan anjing pelacak. Harapannya operasi pencarian akan lebih cepat membuahkan hasil.
Tim SAR masih menghadapi berbagai hambatan dalam melakukan pencarian korban. Material longsor berupa tanah basah, batu besar, dan sisa pohon menyulitkan alat berat untuk bergerak secara aman.
Selain itu, intensitas hujan yang masih turun di beberapa titik menyebabkan potensi longsor susulan, sehingga proses pencarian harus dihentikan beberapa kali. Cuaca yang berubah cepat memaksa tim bekerja dengan tingkat kewaspadaan tinggi.
Faktor Penyebab Bencana Longsor di Desa Cibeunying Cilacap
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis faktor penyebab bencana tanah longsor di Cibeunying, Cilacap. Berikut ini adalah ulasannya, merujuk sumber resmi bmkg.go.id, Sabtu (15/11/2025).
1. Curah Hujan Sangat Tinggi Berhari-hari
Trigger utama longsor. BMKG mencatat bahwa Kabupaten Cilacap mengalami hujan berintensitas tinggi sejak 10โ13 November 2025.
-
Pos Hujan Majenang merekam 98,4 mm/hari dan 68 mm/hari pada 10โ11 November.
-
Hujan ringan setelahnya membuat tanah terus basah dan jenuh air.
Kondisi tanah yang jenuh air inilah yang memicu terjadinya pergerakan tanah, membuat lereng menjadi tidak stabil. Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menegaskan bahwa rangkaian hujan berhari-hari memperbesar kerentanan lereng terhadap longsor.
2. Kondisi Atmosfer yang Memperkuat Pembentukan Awan Hujan
BMKG menjelaskan bahwa dinamika atmosfer beberapa hari terakhir sangat mendukung pembentukan awan hujan intens di Jawa Tengah. Faktor-faktor yang memengaruhi antara lain:
-
Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang sedang melintas.
-
Kehadiran gelombang atmosfer yang memperkuat konveksi.
-
Adanya pusaran angin di perairan barat Lampung dan selatan Bali.
-
Zona belokan angin (shear line) di sekitar Jawa yang memicu pertumbuhan awan tebal.
data-end=”3780″>Faktor-faktor ini menghasilkan hujan sedang hingga lebat, bahkan disertai petir dan angin kencang.
3. Kelembapan Udara Sangat Tinggi di Lapisan Atmosfer
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyebut kelembapan udara di lapisan 850 mb, 700 mb, hingga 500 mb mencapai 70โ100 persen.
Kelembapan setinggi ini menjadi kondisi ideal untuk pertumbuhan awan hujan konvektif dalam jumlah besar. Hal ini membuat potensi hujan lebat meningkat, memperpanjang kondisi tanah jenuh air, dan berkontribusi pada terjadinya longsor.
4. Peringatan Dini Cuaca Ekstrem
BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini bahwa Cilacap dan Majenang masuk wilayah berpotensi terkena cuaca ekstrem 11โ20 November 2025.
Hujan lebat diperkirakan dapat kembali terjadi pada 19โ22 November 2025. Kondisi ini menandakan bahwa risiko longsor susulan tetap tinggi, terutama di lereng rawan.
5. Pengaruh Bibit Siklon Tropis 97S dan 98S
Selain faktor-faktor utama, BMKG menyebut adanya dua bibit siklon di dekat wilayah Indonesia:
-
Bibit Siklon 97S โ memicu hujan lebat hingga sangat lebat di NTT, serta hujan sedangโlebat di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB.
-
Bibit Siklon 98S โ memicu gelombang tinggi dan hujan lebat di wilayah barat Indonesia, termasuk Banten, Lampung, dan Jawa Barat.
Meskipun tidak langsung berkembang menjadi siklon tropis, dampak cuaca ekstremnya memperkuat intensitas hujan di banyak wilayah, termasuk Cilacap.
Kesimpulan, Mengapa Longsor Cilacap Terjadi?
-
Curah hujan sangat tinggi berhari-hari membuat tanah jenuh air, sehingga lereng kehilangan kekuatan.
-
Faktor atmosfer skala regional dan global (MJO, pusaran angin, belokan angin, gelombang atmosfer) memperkuat pembentukan awan hujan.
-
Kelembapan udara ekstrem tinggi menciptakan kondisi ideal untuk hujan intens.
-
Pengaruh tidak langsung bibit siklon meningkatkan ketidakstabilan cuaca.
-
Topografi Majenang yang berbukit membuat wilayah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah.
Singkatnya, kombinasi hujan ekstrem, dinamika atmosfer aktif, dan kondisi lokal lereng menjadi penyebab utama longsor di Desa Cibeunying.
—
Penulis: Tim Humas Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah
Editor: Muhamad Ridlo
Sumber:
BMKG – https://www.bmkg.go.id/siaran-pers/kejadian-longsor-di-cilacap-bmkg-ungkap-faktor-penyebab









