Cilacap, UNIKMA – Ulama asal Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam sebuah pengajian tafsir al-Qur’an menjelaskan bahwa perdebatan tentang status Iblis, apakah ia malaikat atau jin, sudah berlangsung lama di kalangan ulama tafsir.
Gus Baha menjelaskan, Mayoritas ulama Ahlussunnah berpendapat Iblis bukan malaikat, melainkan dari golongan jin, sebagaimana ditegaskan dalam Surah al-Kahf ayat 50.
“Kalau njenengan membaca Qur’an, itu jelas: Iblis minal-jinn. Jadi ya bukan malaikat. Tapi kenapa Allah menyebut Iblis ikut-ikutan diperintah sujud bersama malaikat? Itu karena Iblis dulu posisinya di tengah-tengah malaikat, saking rajinnya ibadah,” kata Gus Baha, dikutip dari tayangan video di YouTube.
Namun, ada juga ulama klasik yang menafsirkan bahwa Iblis dahulu adalah bagian dari malaikat karena status kehormatan dan posisinya di langit, meskipun secara asal ia diciptakan dari api, bukan dari cahaya malaikat.
“Tapi, ada mufassir klasik yang berpendapat Iblis malaikat yang membangkang. Itu hanya ijtihad. Mayoritas ulama, termasuk saya ikut, bilang Iblis itu jin,” ujar dia.
Gus Baha mengingatkan bahwa perdebatan ini tidak boleh sampai menafikan teks Qur’an, karena ayat sudah jelas menyebut Iblis dari kalangan jin, hanya saja ia sempat “ditempatkan” di tengah-tengah malaikat karena ketaatannya sebelum membangkang.
Pelajaran penting menurut Gus Baha adalah status tinggi dan ibadah panjang tidak menjamin seseorang selamat, jika masih ada kesombongan dalam hati.
“Pelajarannya apa? Jangan mentang-mentang kita rajin ngaji, merasa dekat masjid, terus sombong. Iblis itu dulu ahli ibadah, bisa masuk ‘majlis malaikat’, tapi kesombongan justru menjatuhkannya. Jadi yang berbahaya itu bukan jarang ibadah, tapi merasa suci. Itu penyakitnya Iblis,” tandasnya.
Ayat Al-Qur’an tentang Iblis yang Relevan dengan Bahasan
1. Surah Al-Kahf: 50
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, lalu mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia adalah dari golongan jin, maka ia membangkang terhadap perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuh bagimu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
Ayat ini tegas menyebut Iblis berasal dari jin.
2. Surah Al-Baqarah: 34
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia enggan dan menyombongkan diri, dan jadilah ia termasuk golongan kafir.”
Ayat ini menggambarkan sifat pembangkangan Iblis.
Penjelasan Ulama Tafsir
- Al-Ṭabari (Jāmi’ al-Bayān, tafsir klasik):
Al-Ṭabari mengutip dua pendapat:- Iblis berasal dari malaikat, hanya saja ia durhaka.
- Iblis bukan malaikat, melainkan jin yang diberi kedudukan di tengah para malaikat karena ketaatannya, hingga ketika diuji ia ingkar.
- Al-Qurṭubi (Tafsīr al-Qurṭubī):
Menegaskan ayat Al-Kahf: 50 adalah bukti paling kuat bahwa Iblis dari golongan jin, bukan malaikat. Malaikat tidak memiliki keturunan, sedangkan Iblis memiliki keturunan. - Fakhruddin ar-Rāzi (Mafātih al-Ghaib):
Menjelaskan bahwa disebutnya Iblis dalam perintah sujud bersama malaikat adalah bentuk taghlīb (pelibatan), sebab ia saat itu berada di majelis para malaikat. - Ibn Katsīr (Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm):
Dengan jelas menegaskan: “Iblis bukan malaikat, melainkan dari jin sebagaimana firman Allah dalam al-Kahf: 50. Ia dahulu beribadah bersama para malaikat, lalu diuji dan jatuh dalam kesombongan.”
Kesimpulan
Gus Baha sejalan dengan mayoritas mufassir, bahwa Iblis bukanlah malaikat sejati, melainkan dari golongan jin. Namun ia memang “tergolong” dalam kelompok malaikat ketika perintah sujud datang, sehingga tampak seakan ia bagian dari malaikat.
Perbedaan pandangan ini lebih bersifat penafsiran, tetapi dalil Al-Qur’an paling jelas (QS. Al-Kahf: 50) menegaskan asal-usul Iblis dari jin.
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.unikma.ac.id
*Penulis adalah jurnalis, membantu di Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap
Referensi:
- Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āyi al-Qur’ān (Tafsīr al-Ṭabarī), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Ṭabarī (w. 310 H).
- al-Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’ān (Tafsīr al-Qurṭubī), Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Qurṭubī (w. 671 H).
- Mafātih al-Ghaib / Tafsīr al-Kabīr, Fakhruddin Muhammad bin ‘Umar ar-Rāzi (w. 606 H).
- Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm (Tafsīr Ibn Katsir), Isma’il bin ‘Umar Ibnu Katsur ad-Dimasyqī (w. 774 H).
- Pengajian Tafsir KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Ulama tafsir kontemporer dari Rembang, Jawa Tengah