2. Dampak Sosial & Budaya
- Mitos & kepercayaan: Di banyak budaya, Blood Moon sering dianggap pertanda gaib, misalnya simbol perubahan, keberuntungan, atau sebaliknya pertanda buruk.
- Kegiatan keagamaan: Dalam Islam, gerhana bulan memicu anjuran sholat khusuf dan doa khusus.
- Wisata & edukasi: Jadi daya tarik wisata astronomi dan kegiatan edukasi publik di observatorium, sekolah, atau komunitas pecinta astronomi.
3. Dampak Psikologis
- Beberapa orang merasakan efek emosional, misalnya lebih mudah gelisah atau terinspirasi karena fenomena langit yang langka.
- Namun, tidak ada bukti ilmiah bahwa Blood Moon secara langsung memengaruhi kesehatan mental atau fisik manusia.
4. Dampak Alam & Lingkungan
- Tidak ada efek langsung pada bumi. BMKG menegaskan gerhana Bulan, termasuk Blood Moon, tidak memicu gempa bumi atau bencana alam.
- Efek pasang surut laut sama saja seperti bulan purnama biasa, karena penyebabnya gravitasi Bulan, bukan gerhana.
Apakah Blood Moon Menyebabkan Pasang Air Laut?
Blood Moon selalu terjadi ketika Bulan Purnama, pada fase ini, Matahari–Bumi–Bulan berada dalam satu garis lurus (syzygy). Kondisi ini memicu pasang purnama (spring tide), yaitu pasang surut lebih tinggi dari biasanya.
Walaupun saat Blood Moon Bulan sejajar sempurna dengan Bumi dan Matahari, gerhana itu sendiri tidak menambah kekuatan gravitasi. Jadi, tinggi pasang sama seperti pasang purnama biasa, tidak ada perbedaan signifikan.
BMKG menegaskan bahwa gerhana bulan tidak memicu bencana alam seperti tsunami, gempa, atau banjir rob besar. Pasang tinggi tetap bisa terjadi, tetapi semata-mata karena faktor gravitasi Bulan–Matahari pada fase purnama, bukan karena efek “Blood Moon”-nya.
Apakah Blood Moon Menyebabkan Gempa?
Blood Moon terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam satu garis lurus sempurna. Fenomena ini hanya permainan cahaya dan bayangan: Bulan masuk ke dalam bayangan Bumi, lalu tampak merah. Tidak ada perubahan besar pada gaya gravitasi yang bisa memicu aktivitas tektonik Bumi.
Sementara, gempa bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di dalam kerak bumi, bukan oleh posisi Bulan saat gerhana. Memang gravitasi Bulan berpengaruh pada pasang surut air laut, tetapi kekuatannya tidak cukup untuk menggeser lempeng bumi hingga memicu gempa.
Penelitian geofisika menunjukkan bahwa korelasi antara fase bulan (termasuk purnama) dan gempa sangat lemah, tidak ada bukti kuat bahwa gerhana memicu gempa.
Penjelasan BMKG dan Lembaga Astronomi
BMKG secara rutin menegaskan bahwa gerhana bulan maupun gerhana matahari tidak memicu gempa bumi atau bencana alam lainnya. Lembaga astronomi internasional seperti NASA juga menyatakan bahwa Blood Moon hanyalah fenomena optik yang aman untuk disaksikan.
Sumber:
- data-end=”147″>BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
- Detik / Detik.com
- Tempo
- VOI
- JawaPos / JawaPos.com
- Antara (Kantor Berita Nasional Indonesia)
- MetroTV
- Times of India
- EarthSky
- National Geographic