Ketika angka, pola, dan estetika bertemu dalam satu tarikan napas peradaban.
Unikma.ac.id – Arsitektur Islam selalu memikat dunia, lengkungan megah, pola berulang, dan simetri yang seolah berbicara dalam bahasa universal. Keindahannya bukan hanya lahir dari estetika visual, tetapi juga dari struktur matematis yang sangat dalam, khususnya konsep dalam Teori Bilangan.
Mahasiswa sering melihat teori bilangan sebagai wilayah abstrak, penuh prima, kongruensi, dan pola modular. Tetapi di tangan para arsitek muslim klasik, teori ini berubah menjadi geometri spiritual, seni yang memadukan logika, keimanan, dan kreativitas.
1. Simetri: Bahasa Visual dari Pola Bilangan
Simetri bukan sekadar “keseimbangan visual”. Ia merupakan wujud dari pola matematis yang berasal dari operasi transformasi seperti rotasi, translasi, dan refleksi.
Dalam arsitektur Islam, pola-pola ini sering dibangun dari grid bilangan dan perhitungan modular.
Contohnya:
Rotational symmetry yang muncul pada mosaik girih tiles didasarkan pada pembagian sudut dengan bilangan tertentu (biasanya kelipatan 5 atau 10).
Star polygon patterns, seperti pola bintang 8, 10, dan 12, dapat dibangun dengan konsep bilangan dan pembagian lingkaran pada koordinat polar.
Kisi-kisi muqarnas, ornamen stalaktit geometris, dibangun dari pengulangan unit bilangan tertentu sehingga menghasilkan ritme visual yang harmonis.
Dengan kata lain, simetri adalah cara arsitektur Islam “menyanyikan” teori bilangan dalam bentuk visual.
2. Pola Bilangan dalam Desain Girih dan Tessellation
Pola girih yang terkenal pada Masjid Imam (Isfahan) atau Alhambra bukanlah pola yang dibuat asal-asalan. Peneliti modern menemukan bahwa para arsitek muslim sudah menerapkan konsep seperti:
Bilangan Fibonacci dalam proporsi dan pengulangan bentuk,
Modular arithmetic dalam penyusunan panel mosaik,
Prime factorization dalam pembentukan grid kompleks,
Golden ratio dalam perbandingan tinggi–lebar ruang dalam beberapa desain masjid.
Menariknya, pola tessellation Islam menggunakan lima bentuk dasar yang masing-masing memiliki hubungan matematis dengan bilangan tertentu. Ini menjadikan arsitektur Islam salah satu contoh paling nyata dari aplikasi teori bilangan dalam seni.
3. Angka sebagai Refleksi Filosofi
Bagi peradaban Islam klasik, angka bukan sekadar alat hitung, tetapi simbol keteraturan kosmos.
Bilangan 1 melambangkan ke-Esa-an, bilangan 4 melambangkan empat unsur klasik, bilangan 8 melambangkan delapan malaikat pemikul Arsy, dan banyak filosofi lainnya.
Konsep bilangan ini diserap ke dalam:
- desain kubah,
- jumlah sisi pola,
- pembagian ruang,
- serta ritme arsitektural.
Itulah mengapa arsitektur Islam tampak bukan hanya indah, tetapi juga penuh makna dan kedalaman metafisik.
4. Apa Relevansinya bagi Mahasiswa Matematika?
Bagi mahasiswa Pendidikan Matematika, mempelajari hubungan teori bilangan dengan arsitektur memberi perspektif baru bahwa matematika bukan sekadar hitungan, tetapi bahasa universal yang menjembatani budaya, estetika, dan sains.
Pemahaman ini dapat dikembangkan menjadi:
- media pembelajaran visual,
- project-based learning berbasis desain,
- penelitian interdisipliner matematika–arsitektur–kreativitas,
- bahkan pengembangan konten edukasi digital berbasis pola geometri Islam.
Inilah bukti bahwa matematika selaludapat dikontekstualisasikan menjadi sesuatu yang indah dan bermakna.
Kesimpulannya, bahwa teori bilangan tidak hanya hidup dalam lembaran buku, tetapi juga dalam lengkungan masjid, pola ubin, dan ornamen megah arsitektur Islam.
Ia menunjukkan bahwa matematika dan keindahan adalah dua entitas yang saling melengkapi, menciptakan karya yang bertahan ratusan tahun dan tetap relevan hingga hari ini.
Bergabunglah dengan Kami!
Ingin mempelajari matematika dengan cara yang lebih kreatif, aplikatif, dan modern? Temukan pengalaman belajar yang menghubungkan logika, budaya, teknologi, dan seni hanya di Prodi Pendidikan Matematika Universitas Komputama.
Mari menjadi pendidik masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga visioner dan inovatif!
—
Penulis: Eko Sutrisno, dosen Pendidikan Matematika Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah
Editor: Muhamad Ridlo
Referensi:
1. Bonner, J. (2017). Islamic Geometric Patterns: Their Historical Development and Traditional Methods of Construction. Springer.
2. El-Said, I., & Parman, A. (2010). Geometric Concepts in Islamic Art. Garnet Publishing.
3. Abas, S. J., & Salman, A. (1995). Symmetries of Islamic Geometrical Patterns. World Scientific.




