Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
previous arrow
next arrow

Roy Suryo Sering Gunakan ELA dan Face Recognition dalam Analisis Digital, Apa Itu?

Unikma.ac.id – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, yang dikenal sebagai pakar informatika […]

Ilustrasi ELA Face Recognition. (Foto: Istimewa/MH Somaida/Unikma.ac.id)


Unikma.ac.id – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, yang dikenal sebagai pakar informatika dan telematika, kerap menggunakan dua metode analisis digital canggih dalam proses verifikasi keaslian dan identifikasi dalam sebuah citra atau video.

Metode yang digunakannya adalah Error Level Analysis (ELA) dan Face Recognition (Pengenalan Wajah). Kedua alat ini menjadi kunci dalam forensik digital untuk mengungkap manipulasi dan memastikan identitas.

Mengenal Metode Analisis Canggih

Lalu, apa sebenarnya Error Level Analysis (ELA) dan Face Recognition itu?

1. Error Level Analysis (ELA)

Error Level Analysis (ELA) adalah teknik forensik digital yang digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah gambar, terutama yang berformat JPEG (yang menggunakan kompresi lossy), telah dimanipulasi atau diubah.

Bagaimana Cara Kerjanya?

  • ELA bekerja dengan menganalisis artefak kompresi pada gambar. Ketika gambar JPEG disimpan ulang (re-save), artefak kompresi yang sudah ada akan “terkunci” atau mencapai tingkat error minimum lokal.
  • Sistem ELA akan sengaja menyimpan ulang (re-save) gambar yang dianalisis pada tingkat kualitas (kompresi) tertentu, misalnya 95%.
  • Kemudian, sistem akan menghitung perbedaan antara gambar asli yang diuji dengan gambar yang baru disimpan ulang.
  • Area yang diubah atau disisipkan dari sumber lain akan menunjukkan tingkat error yang jauh lebih tinggi atau berbeda secara signifikan dibandingkan bagian gambar yang belum dimanipulasi. Ini karena bagian yang dimanipulasi tersebut belum melewati proses kompresi yang sama berkali-kali seperti bagian gambar aslinya.
  • Dengan menyoroti perbedaan ini, ELA dapat menunjukkan jejak-jejak perubahan digital yang tidak terlihat oleh mata telanjang.

Fungsi Utama: Mendeteksi adanya manipulasi atau pemalsuan pada citra digital.

2. Face Recognition (Pengenalan Wajah)

Face Recognition atau Sistem Pengenalan Wajah adalah teknologi biometrik yang berfungsi untuk mengidentifikasi atau memverifikasi identitas seseorang dari gambar digital atau frame video.

Bagaimana Cara Kerjanya?

  • Sistem ini bekerja dengan mencari dan mengukur fitur-fitur wajah (seperti jarak antar mata, bentuk hidung, kontur rahang, dll.) dari wajah yang terdeteksi.
  • Fitur-fitur unik ini kemudian diubah menjadi data numerik atau template wajah.
  • Template ini kemudian dicocokkan dengan basis data wajah yang telah tersimpan untuk memverifikasi atau mengidentifikasi individu tersebut.

Fungsi Utama: Memastikan identitas seseorang dalam sebuah citra atau video. Dalam konteks forensik, ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau membantah siapa subjek yang ada dalam gambar.

Peran dalam Analisis Kasus Digital

Dalam konteks analisis digital yang dilakukan Roy Suryo, kombinasi dari ELA dan Face Recognition sangat kuat:

  1. ELA digunakan untuk menjawab pertanyaan: “Apakah gambar ini asli atau telah diubah/dimanipulasi?”
  2. Face Recognition digunakan untuk menjawab pertanyaan: “Siapa subjek yang ada dalam gambar atau video ini?”

Dengan kedua metode ini, seorang pakar forensik digital dapat memberikan kesimpulan yang lebih akurat dan terperinci mengenai keaslian materidigital dan identitas subjek di dalamnya.

*Penulis: MH Somaida, dosen Universitas Komputama (UNIKMA), Cilacap, Jawa Tengah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *