Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
Slide 3
Slide 2
KULIAH DI STMIK KOMPUTAMA MAJENANG
KULIAH GRATIS 100%

Dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kamu bisa kuliah gratis 100% dan juga bisa dapat uang saku tiap bulan

Slide 1
“LOCAL CAMPUS GLOBAL VALUES”
Slide
previous arrow
next arrow

Kekayaan Orang Ini Triliunan, Hobinya Sedekah tapi Malah Tambah Kaya Raya

Universitas Komputama – Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling […]

Ilustrasi tumpukan emas, kekayaan. (Foto: Created by ai.stmikkomputama.ac.id/Ridlo/Universitas Komputama)


Universitas Komputama – Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling terkenal, terutama karena kedermawanan dan kekayaan yang dimilikinya. Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abd Auf bin Abdul Harits, berasal dari suku Quraisy.

Ia termasuk dalam kelompok As-Sabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. Abdurrahman bin Auf juga salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga (al-‘Asyarah al-Mubasyarun bil Jannah).

Ia dikenal sebagai sahabat yang sangat dekat dan setia kepada Rasulullah SAW, turut serta dalam berbagai peperangan penting seperti Perang Badar, Uhud, dan lainnya.

Hobi Sedekah

Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai seorang pedagang ulung. Saat hijrah ke Madinah, ia datang dalam keadaan miskin karena seluruh hartanya ditinggalkan di Makkah. Namun, berkat keuletan, kejujuran, dan kecerdasannya dalam berdagang, ia kembali menjadi kaya raya dalam waktu singkat.

Salah satu kisah terkenalnya adalah ketika ia dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ oleh Rasulullah. Sa’ad menawarkan setengah hartanya, tetapi Abdurrahman menolak dan hanya meminta ditunjukkan pasar. Dalam waktu singkat, ia sudah bisa berbisnis sendiri dan memperoleh keuntungan.

Pernah suatu ketika ia menyumbangkan 500 ekor kuda dan 1.500 ekor unta untuk jihad fisabilillah. Ia juga pernah menyumbangkan 40.000 dinar emas dan 500 wasaq makanan untuk kaum muslimin.

Dalam riwayat lain, ketika wafat, ia meninggalkan warisan yang sangat besar hingga para ahli warisnya mendapatkan bagian emas yang harus dipecah-pecah dengan kapak karena begitu banyaknya.

Kekayaan yang melimpah tidak membuat Abdurrahman bin Auf menjadi kikir. Ia justru dikenal sangat dermawan. Ia banyak membebaskan budak, membantu fakir miskin, membiayai pasukan perang, dan mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam. Ia juga tidak segan membantu para istri Nabi Muhammad SAW setelah wafatnya Rasulullah.

Nilai Kekayaan saat Wafat

Kekayaan sahabat yang satu ini benar-benar membuat geleng-geleng kepala. Beliau adalah orang kedelapan yang masuk Islam. Usianya 10 tahun lebih muda dari Nabi SAW.

Beliau mengikuti semua peperangan dalam sejarah perjuangan Islam di era Nabi SAW. Beliau terkenal sebagai pebisnis ulung. Saat tiba di Madinah (era hijrah), beliau datang dengantangan kosong. Seperak pun tidak dimiliknya. Lalu Rasulullah SAW menjalinkan mu’akhah antara beliau dengan Sa’d ibn al Rabi’, salah satu orang kaya Madinah saat itu.

Sa’d menawarkan setengah dari harta miliknya untuk beliau, termasuk menceraikan salah satu dari dua orang istrinya untuk bisa dinikahi beliau. Namun beliau menolak halus dan penuh respek sambil berkata, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu dengan istri dan hartamu. Cukup tunjukkan aku di mana pasar.”

Total aset kekayaan saat beliau wafat seperti dikutip oleh Ibn Hajar- adalah 3.200.000 (dalam bentuk Dinar, menurut asumsi Ibn Hajar, al Fath, Juz 14, hal. 448). Nilai ini adalah hasil matematis dari informasi yang mengatakan bahwa saat wafatnya, masing-masing dari empat orang istrinya menerima sebesar 100.000 Dinar.

Dengan akuntasi Fara`idh, maka total tarikah (harta yang ditinggalkannya) adalah : 100.000 dinar x 4 (orang istri) x 8 (ashl al mas`alah) = 3.200.000 Dinar. Jika dirupiahkan, nilai tersebut setara dengan Rp6.212.688.000.000,- (enam triliun, dua ratus dua belas milyar, enam ratus delapan puluh delapan juta Rupiah).

Sementara itu, Ibn Katsir (al Bidayah wa an Nihayah, Juz 7, hal, 184) mengutip sumber lain menulis bahwa saat wafatnya, ‘Abdurrahman meninggalkan aset terdiri dari: 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing (di Baqi’).

Seluruh istrinya yang berjumlah empat orang memperoleh (dari harga jual aset tersebut) sebesar 320.000 dinar. Nilai ini adalah 1/8 dari total harta diwaris sehingga masing-masing istri mendapatkan 80.000 dinar. Dengan data ini maka total aset peninggalannya adalah 80.000 x 4 (orang istri) x 8 = 2.560.000 dinar.

Jika dikonversi ke rupiah setara dengan Rp.4.970.150.400.000,- (empat triliun, sembilan ratus tujuh puluh milyar, seratus lima puluh juta, empat ratus ribu Rupiah) ditambah dengan seluruh jumlah 3 (tiga) jenis hewan-hewan peternakan yang disebutkan.

Sumber mana pun yang ingin dirujuk dari dua informasi di atas, Abdurrahman layak menempati posisi pertama sebagai sahabat Rasulullah SAW yang paling kaya.

Yang amat menarik untuk dijadikan cermin kepribadian muslimin lain, saat hendak wafat beliau berwasiat memberikan 400 Dinar kepada para peserta perang Badr yang masih hidup yang jumlahnya saat itu sebanyak 100 orang.

Total nilai wasiat menjadi 400 Dinar x 100 = 40.000 Dinar atau setara 77.658.600.000 (Tujuh puluh Tujuh milyar, Enam ratus Lima puluh Delapan juta, Enam ratus ribu Rupiah). Sayyidina Ustman RA dan sayyidina Ali RA termasuk di antara yang menerimanya.

Wasiat tersebut belum termasuk wasiat yang diberikannya secara khusus kepada para istri Rasulullah SAW yang masih hidup dalam jumlah yang besar (penulis tidak menemukan informasi nilainya).

Jumlahnya yang besar ini hingga mendorong Aisyah RA berdoa, “Semoga Allah menyiraminyadengan cairan dari nektar.” (nektar atau salsabil adalah madu bunga, yaitu cairan yang kaya dengan gula yang dihasilkan oleh tumbuhan). Belum lagi dengan budak-budak yang dimerdekakannya secara cuma-cuma.

*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Tim Humas Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap

Sumber:

  • Liputan6.com
  • Ibn Katsir, al Bidayah wa an Nihayah
  • Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *