Slide 3
Slide 2
KULIAH DI STMIK KOMPUTAMA MAJENANG
KULIAH GRATIS 100%

Dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kamu bisa kuliah gratis 100% dan juga bisa dapat uang saku tiap bulan

Slide 1
“LOCAL CAMPUS GLOBAL VALUES”
previous arrow
next arrow

Seri 2 (lanjutan): Aplikasi Koding Berbasis Windows untuk Guru SD/MI

Stmikkomputama.ac. id – Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas betapa pentingnya metode unplugged untuk menanamkan dasar-dasar […]

Ilustrasi pembelajaran koding berbasis windows untuk siswa SD/MI. (Foto: Created by AI/Nana)


Stmikkomputama.ac. id – Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas betapa pentingnya metode unplugged untuk menanamkan dasar-dasar computational thinking tanpa perangkat. Namun, seiring dengan perkembangan kemampuan siswa, memperkenalkan mereka pada perangkat lunak yang tepat adalah langkah berikutnya yang tak terhindarkan.

Bapak/Ibu Guru SD/MI yang terhormat,

Berikut adalah beberapa contoh aplikasi berbasis Windows yang sangat cocok untuk pembelajaran koding di kelas SD/MI. Aplikasi-aplikasi ini dirancang dengan antarmuka yang visual dan intuitif, sehingga anak-anak dapat belajar melalui bermain.

1. Scratch (Pengembangan MIT Media Lab)

  • Apa itu? Scratch adalah bahasa pemrograman visual berbasis blok yang paling populer di dunia untuk anak-anak. Pengguna hanya perlu “menarik dan meletakkan” blok-blok kode untuk membuat animasi, cerita interaktif, game, dan musik (Naskah Akademik Kemendikdasmen, 2025).
  • Mengapa cocok untuk SD?
    • Antarmuka Visual: Siswa tidak perlu menghafal sintaksis kode yang rumit. Mereka cukup menyusun blok-blok berwarna yang mudah dipahami.
    • Kreativitas Tanpa Batas: Scratch memberdayakan siswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara kreatif.
    • Tersedia Versi Offline: Aplikasi desktop-nya dapat diunduh dan digunakan tanpa koneksi internet, sangat ideal untuk sekolah dengan akses internet yang terbatas.
  • Info Link: https://scratch.mit.edu/download

2. ScratchJr (Pengembangan Tufts University & MIT Media Lab)

  • Apa itu? ScratchJr adalah versi yang lebih sederhana dari Scratch, dirancang khusus untuk anak-anak usia 5-7 tahun. Aplikasi ini menggunakan ikon dan blok yang sangat besar dan minim teks, sehingga mudah digunakan oleh anak-anak yang belum lancar membaca.
  • Mengapa cocok untuk SD?
    • Sangat Ramah Pengguna: Dibuat dengan mempertimbangkan motorik halus dan pemahaman kognitif anak usia dini.
    • Fokus Cerita: Aplikasi ini berfokus pada pembuatan cerita interaktif, yang dapat melatih narasi dan logika secara bersamaan.
    • Menjadi Jembatan: Menjadi jembatan ideal dari pembelajaran unplugged ke pemrograman visual yang lebih kompleks di jenjang selanjutnya.
  • Info Link: https://www.scratchjr.org/

3. Microsoft MakeCode

  • Apa itu? Microsoft MakeCode adalah platform koding berbasis blok dan teks yang mendukung berbagai perangkat keras, seperti micro:bit dan Minecraft.
  • Mengapa cocok untuk SD?
    • Pembelajaran Terpadu: Memungkinkan siswa untuk mengendalikan perangkat fisik (seperti robot mini) atau berinteraksi dengan dunia virtual (Minecraft), sehingga konsep koding menjadi lebih konkret.
    • Model Hybrid: Siswa dapat beralih antara antarmuka blok dan teks, mempersiapkan mereka untuk transisi ke pemrograman berbasis teks.
  • Info Link: https://www.makecode.com/

4. Tynker

  • Apa itu? Tynker adalah platform koding yang menawarkan kurikulum lengkap untuk anak-anak. Selain menggunakan blok, Tynker juga memperkenalkan konsep AI dasar, robotika, dan data science melalui kegiatan yang interaktif.
  • Mengapa cocok untuk SD?
    • Kurikulum Terstruktur: Tersedia modul pembelajaran yang terorganisir dengan baik, memudahkan guru dalam merancang pelajaran.
    • Konten AI Dasar: Dengan Tynker, siswa dapatmembuat proyek sederhana yang melibatkan kecerdasan buatan, seperti program pengenalan suara atau deteksi wajah, yang dikemas dalam bentuk permainan.
  • Info Link: https://www.tynker.com/

Tips Implementasi di Kelas

  • Mulai dari yang Paling Mudah: Jika baru pertama kali, mulailah dengan ScratchJr atau Scratch. Biarkan siswa bereksplorasi secara bebas.
  • Gabungkan dengan Metode Unplugged: Gunakan metode unplugged untuk menjelaskan konsep, lalu biarkan siswa menerapkannya di aplikasi. Misalnya, setelah siswa memahami algoritma, ajak mereka memindahkan logika tersebut ke blok-blok Scratch.
  • Proyek Berbasis Kelompok: Dorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Hal ini melatih kolaborasi dan komunikasi, yang merupakan keterampilan esensial di era digital.

Dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi ini, guru dapat mengubah kelas menjadi laboratorium inovasi di mana siswa belajar sambil bermain dan bersiap menghadapi tantangan di masa depan.

*Penulis adalah Ketua STMIK Komputama Cilacap

Daftar Pustaka

  • Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia. (2025). Naskah Akademik: Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
  • Wing, J. M. (2006). Computational thinking. Communications of the ACM, 49(3), 33-35.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *