OpenAI resmi mengumumkan peluncuran GPT-5 pada 7 Agustus 2025, menandai hadirnya generasi terbaru teknologi kecerdasan buatan yang kini dapat diakses pengguna ChatGPT di seluruh dunia, baik versi gratis maupun berbayar.
Model ini juga sudah tersedia melalui API dalam berbagai varian, termasuk edisi mini dan nano yang lebih ringan.
GPT-5 dirancang sebagai sistem “terpadu” yang secara otomatis dapat memilih mode respons cepat atau mode berpikir mendalam, menyesuaikan dengan tingkat kerumitan permintaan yang diajukan pengguna.
Kaprodi Sistem Informasi STMIK Komputama, M. Hasymi Somaida, S.T., M.M.S.I, menjelaskan pembaruan terbesar GPT-5 terlihat pada kemampuannya mengolah berbagai jenis data, mulai dari teks, gambar, audio, hingga video dalam satu ekosistem yang terintegrasi.
Model ini memiliki kapasitas konteks yang jauh lebih luas—hingga ratusan ribu token—dan mampu memberikan jawaban yang lebih presisi dalam bidang pengkodean. Uji coba internal menunjukkan peningkatan signifikan di sektor pemrograman, termasuk skor yang lebih tinggi dalam benchmark SWE-bench Verified dan Aider Polyglot.
“Tak hanya itu, GPT-5 juga menghemat penggunaan token hingga 22% dan mengurangi panggilan alat hingga 45% dibandingkan versi sebelumnya,” ucap dia, Selasa (12/8/2025).
hasyim menjelaskan, OpenAI turut menyematkan fitur personalisasi interaksi yang memungkinkan pengguna memilih gaya komunikasi AI sesuai preferensi, mulai dari nada yang santai hingga gaya analitis yang lebih teknis. Integrasi dengan layanan seperti Gmail dan Google Calendar, serta antarmuka yang dapat disesuaikan, semakin memperluas fungsi GPT-5 sebagai asisten kerja maupun pendamping belajar.
Dalam pengujian di sektor medis, GPT-5 bahkan menunjukkan performa unggul di beberapa benchmark profesional, mengalahkan rata-rata hasil ahli manusia.
Meski begitu, peluncuran ini tidak lepas dari kritik. Beberapa pengguna merasa peningkatan yang dibawa GPT-5 bersifat evolusioner, bukan revolusioner, dan menganggap ekspektasi publik terlalu tinggi. Di awal rilis, sempat muncul kendala teknis yang membuat sebagian pengguna menilai kinerjanya tidak konsisten.
CEO OpenAI, Sam Altman, menanggapi hal tersebut dengan janji perbaikan sistem serta peningkatan kapasitas penggunaan bagi pelanggan berbayar.
Kehadiran GPT-5 dinilai berpotensi mengubah peta industri teknologi, khususnya di sektor layanan TI dan outsourcing. Dengan kecanggihan dalam automasi tugas pemrograman dan layanan pelanggan, banyak pihak memprediksi model bisnis konvensional di bidang tersebut akan terdampak signifikan.
Terlepas dari perdebatan seputar kualitas dan ekspektasi, GPT-5 menjadi bukti bahwa perkembangan kecerdasan buatan terus bergerak maju, membuka peluang sekaligus tantangan baru di era digital.
Penulis: M. Hasymi Somaida, S.T., M.M.S.I, Kaprodi Sistem Informasi STMIK Komputama