Sejarah Pendirian Pondok Pesantren Lirboyo
Melansir Lirboyo.net, Lirboyo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1908, desa ini telah dihuni oleh sekitar 40 kepala keluarga. Kondisi desa kala itu dikenal angker, banyak dihuni oleh makhluk halus (dedemit dan bangsa jin), serta rawan tindak kriminalitas seperti perampokan dan makar.
Nama “Lirboyo” sendiri berasal dari kata “Lir” yang berarti selamat dan “Boyo” yang berarti bahaya. Dahulu, nama desa ini adalah “Nerboyo” (“Ner” juga berarti selamat), yang kemudian secara sakral berubah menjadi “Lirboyo” dan lebih populer hingga kini.
Awal mula berdirinya pesantren ini adalah dari keinginan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, aman, dan religius di tengah masyarakat yang kala itu masih banyak melakukan tindakan kriminal dan jauh dari nilai-nilai agama. KH. Abdul Karim mulai mengumpulkan para pemuda untuk belajar agama, dan lambat laun jumlah santri pun bertambah.
Perkembangan Pesantren

Dalam beberapa dekade, Pondok Pesantren Lirboyo berkembang sangat pesat. Jumlah santri yang belajar di pesantren ini terus bertambah, hingga kini mencapai sekitar empat puluh ribu santri, menjadikannya salah satu pesantren terbesar diJawa, bahkan Indonesia. Pesantren Lirboyo tidak hanya melahirkan banyak tokoh ulama dan pemimpin (umara), tetapi juga berperan penting dalam perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintahan di Jawa Timur.
Letak Geografis dan Fasilitas

Secara geografis, Pesantren Lirboyo terletak di atas tanah yang pada awalnya gersang dan tidak menarik. Namun, seiring waktu, di atas tanah seluas sekitar 8 hektar, telah berdiri gedung-gedung megah, termasuk bangunan hadiah dari pabrik Gudang Garam untuk acara Muktamar ke-30 Nahdlatul Ulama pada tahun 1998.
Di dalam kompleks pesantren, terdapat puluhan gedung bertingkat, serta beberapa situs sejarah berupa kamar santri kuno yang masih dilestarikan. Keunikan lain dari Lirboyo adalah sumber air bersih yang tidak pernah kering, meskipun tanah di sekitarnya dianggap gersang. Hal ini dianggap sebagai karomah dan berkah bagi pesantren.
Metode Pembelajaran di Ponpes Lirboyo
Berikut ini adalah tiga pokok pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Lirboyo, merujuk Lirboyo.net. Ketiga pokok tersebut di antaranya:
- Ta’lim – pemberian bekal serta pengajaran dan pengarahan pengetahuan ilmu-ilmu syariat, baik berupa ilmu alat (bahasa) guna membaca teks/nash dan juga pengajaran ilmu fikih, tafsir wa ulumuh, hadits wa ulumuh, dan lain lain;
- Tarbiyah – berupa pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental;
- Ta’dib – pembinaan intuisi, berupa moral dan estetika guna meningkatkan martabat kemanusiaan. Pesantren mendidik santri menjadi manusia yang saleh keagamaan juga saleh sosial.
Kurikulum Lirboyo mempertahankan pendekatan tradisional pembelajarankitab kuning: penggunaan kitab rujukan salaf, pengajaran ilmu alat (nahwu, sharaf) sebagai prasyarat membaca teks, serta pembelajaran melalui bandongan, sorogan, dan sistem klasikal (hisshoh) yang terjadwal.
Di samping metode tradisional, terdapat organisasi kelas yang terjadwal rapi sehingga pengajaran bersifat lebih sistematis dibandingkan pesantren sangat tradisional yang hanya sorogan. Kajian akademik juga menyorot manajemen pembelajaran kitab kuning dan pentingnya ilmu alat dalam kurikulum semacam ini.
Walaupun orientasinya keilmuan agama klasik sangat kuat, Lirboyo juga memasukkan mata pelajaran umum (bahasa Indonesia, matematika dasar, pendidikan karakter) di jenjang pendidikan formal milik pesantre, yaitu Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Ma’had Aly.
Hal ini merupakan upaya untuk menjadikan santri tidak hanya menguasai teks klasik tetapi mampu berinteraksi sosial dan mengikuti kehidupan modern.
—
*Penyusunan artikel dengan bantuan ai.stmikkomputama.ac.id
**Tim Humas Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap, Jawa Tengah
Sumber:
- Lirboyo.net-https://lirboyo.net/kondisi-desa-lirboyo/
- Wikipedia-https://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Lirboyo