Stmikkomputama.ac.id – Awal September 2025, sebuah video memperlihatkan ratusan hingga ribuan karyawan berpamitan secara emosional—menangis, saling berpelukan, dan mengenakan seragam Gudang Garam—yang disebut sebagai momen PHK massal . Kejadian ini memicu reaksi luas, hingga menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan X.
Presiden KSPI, Said Iqbal, menyatakan akan melakukan verifikasi atas kabar tersebut, dan bila benar terjadi, PHK ini mencerminkan lesunya daya beli masyarakat yang berdampak pada produksi industri rokok. Sementara itu, Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menerima klarifikasi dari manajemen Gudang Garam Tuban yang membantah adanya PHK massal, dan menegaskan kondisi perusahaan tetap baik-baik saja.
KSPN pun mendesak pemerintah daerah segera melakukan verifikasi faktual terkait isu ini demi melindungi hak para pekerja.
Media massa melaporkan, isu PHK muncul di tengah kinerja keuangan yang melemah. Laporan keuangan semester I 2025 mencatat laba bersih hanya sebesar Rp 117,16 miliar—turun drastis 87 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya—sementara pendapatan juga anjlok sekitar 11 %. Meskipun keadaan keuangan mulai menunjukkan tekanan, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak manajemen PT Gudang Garam mengenai pelaksanaan PHK atau langkah mitigasinya.
Merespons maraknya kabar ini, pihak manajemen Gudang Garam Tuban secara tegas membantah telah melakukan PHK massal dan menyatakan perusahaan tetap beroperasi normal. Meski demikian, manajemen belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai situasi karyawan atau strategi menghadapi tekanan ekonomi yang tengah berlangsung.
Terlepas dari itu, Gudang Garang merupakan merk dagang yang begitu melegenda di Indonesia. Selama puluhan tahun, produk-produknya menemani masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah sejarah PT Gudang Garam, sejak awal pendirian hingga merajai industri rokok Indonesia.
Sejarah PT Gudang Garam Tbk
Gudang Garam adalah produsen rokok yang berkantor pusat di Kediri. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki pabrik di Kediri, Gempol, Karanganyar, dan Sumenep, serta kantor perwakilan di Jakarta dan Sidoarjo.
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1956 saat Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo membeli lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi milik Muradioso di Jl. Semampir II/l, Kediri. Di atas lahan tersebut, Tjoa Ing-Hwie lalu mulai memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie.
Setelah beroperasi selama dua tahun, pada tanggal 26 Juni 1958, Tjoa Ing-Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam. Awalnya, perusahaan ini hanya mempekerjakan 50 orang. Konon, nama “Gudang Garam” didapat oleh Tjoa Ing-Hwie dari mimpi.
Pada tahun 1966, perusahaan ini telah menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar di Indonesia, dengan ribuan karyawan dan kapasitas produksi 50 juta batang SKT per bulan. Pada pertengahandekade 1960-an, krisis politik Indonesia sempat membuat perusahaan ini kehilangan banyak karyawan, tetapi perusahaan ini berhasil bangkit kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.