Banner Tarik Pameran Elektronik dan Teknologi Modern Biru dan Merah Muda (1)
previous arrow
next arrow

3 Benteng Bersejarah di Cilacap, Peninggalan Kolonial yang Masih Bisa Disaksikan Hari Ini

Cilacap menjadi salah satu pintu penting Indonesia melalui laut. Pasa masa kolonial, posisi strategis Cilacap […]

Benteng Pendem Cilacap – jatengprov.go.id


Cilacap menjadi salah satu pintu penting Indonesia melalui laut. Pasa masa kolonial, posisi strategis Cilacap yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia di sisi selatan inipun menjadi perhatian.

Kala itu, laut menjadi jalur perdagangan penting. Dari laut pula, muncul bahaya melalui armada-armada tempur dari berbagai negara yang bertikai.

Di Cilacap setidaknya ada tiga benteng bersejarah yang menunjukkan betapa pentingnya Pulau Jawa di masa kolonial. Benteng tersebut yakni; Benteng Pendem, Benteng Karangbolong dan Benteng Klingker atau Klinker.

Ketiga benteng tersebut langsung berhadapan dengan Samudra Hindia. Menilik lokasinya, benteng-benteng ini adalah garis pertahanan pertama, yang sekaligus bisa berubah jadi ofensif di saat bersamaan.

Benteng ini dibangun oleh Belanda untuk mempertahankan Pulau Jawa, dan Hindia Belanda secara umum.

Berikut ini adalah 3 benteng bersejarah di Cilacap:

1. Benteng Pendem

Benteng Pendem Cilacap – jatengprov.go.id

Seperti namanya, benteng ini sempat terpendam dan terbengkalai, tertutup tanah dari pesisir pantai, hingga tak lagi terlihat. Hingga akhirnya, pemerintah Kabupaten Cilacap melakukan penggalian agar benteng terlihat. Namun, nyatanya masih ada bangunan benteng yang terpendam.

Cilacap merupakan sebuah kota di ujung selatan Jawa Tengah. Di bagian tenggara, tepatnya di ujung timur Pantai Teluk Penyu, terdapat sebuah tempat bersejarah peninggalan bangsa Belanda bernama Benteng Pendem. Dalam bahasa Belanda, benteng ini bernama Kustbatterij op de Landtong te Cilacap yang artinya ‘tempat pertahanan pesisir di atas tanah yang menjorok ke laut’. Bangunan peninggalan Belanda itu juga bersebelahan dengan penampungan minyak Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap Area 70.

Melansir Indonesia.go.id, Minggu (17/8/2025), benteng ini didirikan secara bertahap sejak 1861 hingga 1879 di atas tanah seluas 10,5 hektar oleh arsitek Belanda. Benteng yang bergaya Eropa dan dibangun di bawah tanah ini membuat warga setempat memanggilnya dengan sebutan Benteng Pendem. Benteng ini juga merupakan tiruan dari bangunan Benteng Rhijnauwen, yang merupakan benteng terbesar di Belanda.

Oleh pihak Belanda, Cilacap dianggap strategis untuk pendaratan dan terlindung Pulau Nusakambangan, Itulah sebabnya, Benteng Pendem didirikan sebagai markas pertahanan tentara Belanda, untuk pertahanan Pantai Selatan Pulau Jawa. Pada 1942 benteng ini sempat direbut oleh pasukan Jepang, lalu pasukan Belanda kembali merebut benteng pada akhir 1945 hingga 1950. Dua tahun ditinggalkan, pada akhir 1952 sampai 1965, Benteng Pendem dijadikan markas bagi para Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai tempat latihan.

Pada 1965 hingga 1986, area benteng tak terurus dan terbengkalai. Bahkan, benteng ini sempat tak terlihat karena bangunannya terpendam tanah pesisir pantai Teluk Penyu. Hampir seluruh bangunan benteng tenggelam hingga sedalam 3 meter di bawah permukaan tanah.

Oleh pemerintah areal benteng seluas 4 hektardimanfaatkan, alhasil kini tinggal tersisa 6,5 hektar. Areal 70 merupakan sebutan dari areal yang di dalamnya terdapat dermaga kapal, tangki minyak, serta kantor. Adi Wardoyo, seorang warga setempat berinisiatif untuk melakukan penggalian dan pemugaran area benteng. Pemugaraan dan penataan ulang tersebut membuat Benteng Pendem resmi dibuka pada 1987 sebagai salah satu destinasi wisata Cilacap hingga kini.

Gapura yang dibuat pemerintah setempat terlihat seperti bentuk benteng yang berada di dalam areal Benteng Pendem. Meski telah berusia ratusan tahun, sebagian besar bangunan benteng yang terbuat dari bahan baku bata merah tanpa beton itu masih terlihat gagah berdiri.

Ketika memasuki areal benteng, pengunjung akan menemukan jembatan beton dengan lebar kurang lebih satu meter di atas parit pertahanan. Biasanya, terdapat beberapa anak yang berenang bersama. Ketika pengunjung melewati jembatan, anak-anak tersebut kerap meminta dilempari uang koin, dan mereka akan menyelam ke dasar parit saling merebut uang koin yang dilempari.

Areal Benteng Pendem terdiri dari beberapa bangunan dan ruangan yang masih kokoh hingga sekarang. Ruangan-ruangan tersebut terdiri atas ruang barak barak, benteng pertahanan, benteng pengintai, ruang rapat, gudang senjata, gudang mesiu, klinik pengobatan, dapur ruang perwira, ruang amunisi dan peluru, serta penjara. Namun demikian, sejak awal ditemukan, banyak ruangan di areal benteng yang tidak diketahui sepenuhnya. Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa di dalam Benteng Pendem ada sebuah terowongan rahasia bawah laut menuju benteng-benteng lainnya dan menuju goa-goa yang ada di pulau Nusakambangan. Konon, terowongan tersebut tertutup tanah dan genangan air laut karena banyak dindingnya yang bocor.

Tidak hanya penuh sejarah, Benteng Pendem juga penuh dengan kisah mistis sehingga banyak dijadikan tempat untuk uji nyali penduduk sekitar, dan disorot berbagai acara televisi nasional. Bagaimana tidak. Banyak ruangan dalam Benteng Pendem yang hanya dapat dimasuki oleh sedikit cahaya. Bahkan sampai saat ini, masih ada sebagian bangunan benteng yang belum tergali. Penjara yang berukuran 4×3 meter dan hanya terdapat satu jendela dilengkapi teralis berlapis juga menambah nuansa seram jika membayangkan kejadian pada masa penjajahan bertahun-tahun silam.

Mengelilingi area Benteng Pendem tidak begitu melelahkan, karena terdapat beberapa saung dan tempat duduk untuk pengunjung beristirahat. Bukan hanya untuk mempelajari sejarah, Benteng Pendem pun dapat dikunjungi keluarga untuk sekadar bersantai dan piknik, karena arealnya cukup luas. Sekitar benteng pun terdapat 40 rusa jinak yang dibiarkan hidup, biasanya rusa-rusa berkumpul di sisi selatan benteng, lebih tepatnya di gundukan tanah depan ruang penjara.

Berbagai fasilitas yang terus diperbaiki Pemerintah Kabupaten Cilacap membuat Benteng Pendem ramai pengunjung, terutama di akhir pekan. Bukan hanya dari Cilacap, banyak pengunjung yang berasaldari luar Pulau Jawa. Biasanya, setelah puas mengelilingi Benteng Pendem, pengunjung berpindah ke Pantai Teluk Penyu yang tepat berada di depannya yang masih satu kawasan dengan Benteng Pendem.

Tak hanya itu, pengunjung juga dapat menikmati keindahan pantai putih Pulau Nusakambangan yang berada di seberang teluk. Saat mengunjungi Pantai Teluk Penyu, biasanya pengunjung langsung dihampiri warga sekitar yang menawarkan jasa penyeberangan ke Pulau Nusakambangan. Lelah menikmati keindahan benteng dan pantai, para pengunjung juga dapat membawa buah tangan dari berbagai toko kerajinan dari kerang.

2. Benteng Karangbolong

Benteng Karangbolong, Nusakambangan, Cilacap -cilacapkab.go.id

Benteng Karangbolong adalah sebuah benteng yang ada di Desa Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Benteng Karangbolong sebagai salah satu cagar budaya Indonesia.

Hal ini berdasarkan usulan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap pada tanggal 23 Oktober 2014. Proses verifikasi selesai pada tanggal 14 November 2018.

Melansir Wikipedia.id, Benteng Karangbolong merupakan benteng buatan Hindia Belanda yang terletak di bagian ujung timur Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. Pertahanan di Benteng Karangbolong dilengkapi dengan menara napoleon sehingga menjadi benteng yang terkuat di Hindia belanda. Luas Benteng Karangbolong sekitar 12 hektare.

Dalam pembagian administratif Indonesia, Lokasi Benteng Karangbolong berdekatan dengan benteng-benteng lainnya. Di sebelah barat Benteng Karangbolong ada Benteng Klingker yang berjarak 1,6 kilometer.

Benteng Karangbolong terdiri dari gerbang benteng, bangunan induk, sisa-sisa rumah Belanda dan sebuah benteng kecil buatan Jepang. Pembangunan Benteng Karangbolong diselesaikan pada abad ke-19 Masehi. Benteng Karangbolong dijadikan sebagai pertahanan di sekitar pantai untuk mengamankan area pelabuhan Cilacap dari ancaman musuh yang datang dari laut.

Benteng Karangbolong juga berdekatan dengan Benteng Pendem Cilacap. Ketiga benteng ini merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya di Jawa Tengah.

3. Benteng Klingker atau Klinker

Benteng Karangbolong Benteng Klingker, Cilacap – cilacapkab.go.id

Benteng Klingker adalah salah satu dari sekian banyak wisata benteng peninggalan Belanda yang memukau di Indonesia. Dalam  sejarahnya terukir kisah-kisah penuh petualangan kolonial Belanda, yang membuatnya sangat menarik bagi para pengunjung yang mencari sejarah yang kuat akan benteng Klingker ini.

Mengutip radarbanyumas.disway.id, Benteng Klingker memiliki posisi yang istimewa di antara berbagai wisata benteng lainnya. Terletak di Pulau Nusakambangan, pengunjung harus melalui petualangan menantang melalui perahu dan lembah-lembah bukit untuk mencapainya.

Namun, usaha ini sangat sepadan dengan pengalaman tak terlupakan yang menunggu di dalamnya.

Melansir Cilacapkab.go.id, benteng ini memiliki nama Asli Fort banjoejapa, dengan  jenis Benteng Martello yaitu Benteng yang dibangun oleh di pesisir pantai oleh armada inggris. KeduaBenteng ini merupakan tipe pengawas pantai, namun pada kenyataannya benteng ini kalah oleh nyamuk malaria. Para tentara yang berada di benteng ini satu persatu mati karena malaria.

Sumber Referensi:

  • Indonesia.go.id
  • Wikipedia.id
  • Radarbanyumas.disway.id
  • Cilacapkab.go.id

*Penulis adalah jurnalis, membantu di Media Center STMIK Komputama Cilacap

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

content-2011

Mix Parlay


yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

Togel Online Resmi

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

news

slot mahjong ways

judi bola online

yakinjp

yakinjp

3001

3002

3003

3004

3005

3006

3007

3008

3009

3010

3096

3097

3098

3099

3100

3101

3102

3103

3104

3105

4000

4001

4002

4003

4004

4005

4006

4007

4008

4009

4010

4011

4012

4013

4014

4015

4016

4017

4018

4019

3026

3027

3028

3029

3030

3031

3032

3033

3034

3035

3106

3107

3108

3109

3110

3111

3112

3113

3114

3115

4020

4021

4022

4023

4024

4025

4026

4027

4028

4029

4030

4031

4032

4033

4034

4035

4036

4037

4038

4039

3036

3037

3038

3039

3040

3041

3042

3043

3044

3045

3116

3117

3118

3119

3120

3121

3122

3123

3124

3125

4040

4041

4042

4043

4044

4045

4046

4047

4048

4049

4050

4051

4052

4053

4054

4055

4056

4057

4058

4059

3126

3127

3128

3129

3130

3131

3132

3133

3134

3135

3056

3057

3058

3059

3060

3061

3062

3063

3064

3065

3136

3137

3138

3139

3140

3141

3142

3143

3144

3145

4060

4061

4062

4063

4064

4065

4066

4067

4068

4069

4070

4071

4072

4073

4074

4075

4076

4077

4078

4079

3071

3072

3073

3074

3075

3136

3137

3138

3139

3140

3141

3142

3143

3144

3145

4080

4081

4082

4083

4084

4085

4086

4087

4088

4089

4090

4091

4092

4093

4094

4095

4096

4097

4098

4099

3076

3077

3078

3079

3080

3081

3082

3083

3084

3085

4100

4101

4102

4103

4104

4105

4106

4107

4108

4109

4110

4111

4112

4113

4114

4115

4116

4117

4118

4119

3086

3087

3088

3089

3090

3091

3092

3093

3094

3095

4120

4121

4122

4123

4124

4125

4126

4127

4128

4129

4130

4131

4132

4133

4134

4135

4136

4137

4138

4139

content-2011